BATAM TERKINI
KISAH Wanita Asal Lombok Jadi Korban Trafficking di Batam : Seperti Mau Mati, Saya Ingat Anak
Nurhayati, wanita asal Lombok mengaku tak tahu menahu jika dirinya akan menjadi korban perdagangan manusia dan akan diselundupkan ke Malaysia.
Penulis: Eko Setiawan |
Wanita asal Lombok ini mengatakan, awalnya dia diajak seorang agen untuk bekerja ke Malaysia dengan gaji besar tanpa dipungut biaya.
Tergiur bayaran mahal bekerja di negeri orang, Nurhayati kemudian mengiyakan ajakan agen tersebut. Berangkatlah dirinya dari Lombok ke Surabaya.
Di Surabaya ia diinapkan beberapa hari dan kemudian diterbangkan ke Kota Batam.
"Di Surabaya saya bertemu dengan teman-teman lain yang hendak berangkat ke Malaysia juga," sebutnya.
Sesampai di Batam, akhirnya dia diberitahu kalau dia tidak akan diberi gaji selama empat bulan jika sudah bekerja di Malaysia.
Ia sempat panik dan ingin pulang ke Lombok. Namun apa boleh buat, Nurhayati tidak mempunyai uang sepeser pun untuk kembali ke kampung halaman.
"Saya mulai merasakan ada yang tidak beres saat tiba di Batam. Sebab, katanya saya tidak akan digaji empat bulan sebagai pengganti biaya saya ke Malaysia. Saya juga baru tahu di sini kalau ke Malaysia lewat jalur gelap. Mau balik tak ada uang untuk ongkos. Akhirnya saya pasrah saja,” katanya.
Ia merasa beruntung setelah polisi berhasil menemukannya di tengah laut saat hendak berangkat ke Malaysia.
Nurhayati mengaku ketakutan saat kapal yang ditumpanginya melaju cepat saat dikejar petugas polisi.
“Saya pikir saya akan mati. Saya langsung ingat anak dan suami di kampung,” katanya.
Nurhayati mengatakan, ia masih mempunyai anak kecil yang berumur satu tahun.
"Anak saya masih ada yang kecil, saya ingat dia malam itu. Kalau saya mati di laut karena kapal terbalik, saya nggak akan ketemu lagi dengan dia. Saya takut sekali,” sebutnya.
Nurhayati mengaku ingin pulang ke rumah dan kapok untuk berangkat lagi ke Malaysia.
"Biarlah saya kerja di kampung saja kalau seperti ini. Saya rindu anak saya," ucapnya sambil menyeka air mata.
Sementara Fatimah, korban lainnya, masih merasakan sakit di bagian kepala setelah membentur akar bakau waktu kapalnya dikandaskan oleh tekong TKI ke darat.