China Usik Laut Natuna Utara Kepri, Desak Indonesia Stop Pengeboran Migas
China semakin ngotot jika Laut Natuna Utara merupakan wilayahnya. Mereka juga meminta Indonesia untuk menghentikan aktivitas migas di sana.
Gangguan distribusi dari Indonesia ke Singapura sejak Juli 2021 dibenarkan SKK Migas.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menegaskan jika distribusi sudah kembali normal.
Kondisi ini disebabkan penurunan laju produksi gas akibat penghentian yang tidak direncanakan (unplanned shutdown) di Lapangan Anoa.
Baca juga: Baju Anti Dingin Milik Militer China Diantar Langsung ke Pebatasan India
Baca juga: BPH Migas Sebut Stok BBM Kepri Aman hingga Akhir Tahun: Jangan Panic Buying
Selain itu, sempat ada pengurangan pasokan gas karena pemeliharaan terencana (planned shutdown) di Lapangan Gajah Baru.
Produksi kedua lapangan migas yang terletak di Natuna itu telah menyebabkan produksi gas di Natuna turun 27,5 persen dari puncak sebelumnya menjadi 370 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).
"Memang terjadi unplanned shutdown di salah satu produsen gas kita.
Tetapi hanya beberapa hari saja dan sekarang sudah kembali normal operation," ungkapnya seperti dikutip Kompas.com, Kamis (21/10/2021).
Kendati distribusi ke Singapura sudah kembali normal, tetapi pasokan gas dari Indonesia belum sepenuhnya bisa memenuhi permintaan Singapura.
"Sekarang sudah normal tetapi masih di batas bawah, jadi kalau ada demand (permintaan) lebih ke buyer (pihak pembeli) belum bisa terpenuhi," kata Julius.
Mengutip Channel News Asia (CNA), Kamis (21/10/2021), regulator energi Singapura, Energy Market Authority (EMA) menyatakan, pasokan gas yang lebih rendah dari Indonesia dan dibarengi tingginya permintaan listrik dari biasanya, telah membuat harga listrik di negara itu melonjak.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni permintaan listrik yang lebih tinggi dari biasanya di dalam negeri dan pengurangan pasokan gas alam perpipaan dari Indonesia.
Di sisi lain, harga gas alam cair (LNG) di global yang meningkat pesat saat ini, turut menjadi penyebab krisis energi.
Hal itu membuat perusahaan pembangkit listrik di Singapura sulit beralih ke pembelian LNG untuk menutupi kekurangan pasokan gas pipa dari Indonesia.
Tingginya harga gas yang berimbas pada lonjakan harga listrik di Singapura, setidaknya telah membuat tiga perusahaan listrik menyetop usaha mereka.
Ketiganya yakni Best Electricity Supply, Ohm Energy, dan iSwitch Energy.