KEPRI TERKINI
Mengenal Banjir Rob serta Dampaknya Buat Warga Kepri
Ahli menjelaskan penyebab banjir rob yang menerjang sejumlah wilayah Kepri. Seperti apa dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Fenomena banjir rob terjadi pada sejumlah daerah di Provinsi Kepri.
Selain di Kabupaten Lingga, banjir rob diketahui juga terjadi di Kabupaten Kepulauan Anambas bahkan ibu kota Kepri Tanjungpinang.
Banjir rob terjadi karena naiknya muka air laut.
Hal ini juga terjadi dengan adanya proses tinggi muka air laut yang sangat ekstrim di sepanjang garis pantai di suatu daerah kepulauan/pesisir.
Dengan didorong beberapa faktor termasuk peningkatan muka air laut rata-rata lokal dan tingkat pasang surut.
Terjadinya peristiwa gelombang badai, penurunan muka air tanah dan perubahan morfologi pantai.
Baca juga: Waspada Banjir Rob di Penghujung Tahun, BMKG Karimun Ingatkan Masyarakat Pesisir
Baca juga: Banjir Rob Setinggi Betis Orang Dewasa Genangi Rumah Warga di Tanjungpinang
Perubahan morfologi pantai ini juga bisa disebut terjadinya perpindahan sedimen.
Adanya terjadi sedimentasi dan abrasi, dimana abrasi terjadi permukaan laut mendapatkan tekanan angin, maka akan menimbulkan tinggi gelombang hingga terbentuk arus permukaan laut apabila tinggi gelombang besar.
Maka kecepatan arus berubah menjadi besar sehingga terbentuk longshore current yang kuat yang dapat menimbulkan abrasi di pantai.
"Perubahan atau naiknya muka air laut juga terjadi disebabkan dengan salah satu faktor adalah perubahan iklim secara global," ujar Ketua program studi teknik geomatika, Muhammad Zainuddin Lubis, S.I.K., M.Si, Kamis (9/12/2021).
Ia melanjutkan terjadinya proses peningkatan muka air laut dan curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan volume limpasan yang besar dapat menyebabkan banjir sesaat di daerah pesisir dataran rendah.
Seperti yang terjadi pada daerah Batam- Kepulauan Riau dalam waktu Desember 2021.
"Dampak yang terjadi dari efek ROB ada beberapa. Diantaranya dampak terhadap tanaman, rusaknya ekosistem laut, penghasilan masyarakat pesisir," tuturnya.
Baca juga: WASPADA Cuaca Ekstrem! Selain Banjir Rob, Gelombang Laut Rusak Sampan dan Pondok Daerah Ini
Baca juga: Banjir Rob Terjang Rumah Warga, Biasa Terjadi Awal dan Akhir Tahun
Diakuinya dampak terhadap tanaman yaitu akan terjadinya perubahan musim yang akan merubah pola cuaca di daerah kepulauan sehingga menjadi tidak menentu dan ekstrem.
Kegiatan ini juga dapat menyebabkan gagal panen.
Hal ini akan berakibat negatif pada industri makanan yang ada di daerah Batam dan seluruh Kepulauan Riau (Kepri).
Sementara rusaknya ekosistem laut yaitu dengan efek ROB yang bisa disebabkan juga oleh pemanasan global, juga dapat menyebabkan ekosistem hayati laut akan terpengaruh.
Contohnya adalah terumbu karang yang dapat terpengaruh bisa menyebabkan stress pada biota asosiasi dan terumbu karang.
Sehingga seluruh ekosistem yang berkembang menjadi usang, akan menyebabkan efek penurunan sektor perikanan.
"Hal ini juga tidak terlepas akan memberikan efek kepada lahan perikanan dalam tambak ikan, udang yang ada di lokasi tersebut," ujarnya.
Zainuddin mengatakan banjir ROB yang terjadi akan mengikuti musim penghujan waktu intensitas hujan yang biasa terdapat pada lokasi geografis Indonesia akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.
Baca juga: Banjir Rob di Lingga, Puluhan Warga Desa Batu Berdaun Mengungsi ke Kantor Desa
Baca juga: Air Laut Pasang, Belasan Rumah di Singkep Pesisir Lingga Terendam Banjir Rob
Banjir Rob akan secara linear mengikuti kurun waktu dari musim penghujan yang terjadi di Indonesia.
Hal ini juga nanti akan mengikuti perubahan musim peralihan I ke musim peralihan II.
"Adanya pergerakan angin berasal dari barat laut ke tenggara, mencapai puncaknya pada bulan Desember hingga Februari, yang biasa disebut dengan Musim Barat, dan bisa dikatakan setelah efek La-Nina selesai," katanya.
Penghasilan masyarakat pesisir dengan adanya cuaca saat ini, dan dengan adanya banjir rob.
Sehingga para nelayan tidak dapat melaut dengan mengikuti target dan frekuensi melaut seperti sebelumnya.
Hal ini akan mengakibatkan lemahnya sektor perikanan dan juga produksi perikanan.
Cuaca ekstrem tidak memperbolehkan nelayan melaut kea rah laut lepas, sehingga penangkapan ikan dengan ukuran besar tidak akan bisa dilakukan.
"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga terhadap estimasi waktu dalam kurun waktu sampai Februari 2022.
Dengan selalu memperhatikan karakteristik perubahan iklim yaitu dengan pendekatan arah angin dan juga suhu yang terdapat di sekitar area pesisir di wilayah Batam-Kepulauan Riau, ketika ingin melaut dan di sekitar pantai," ujarnya.
Efek lanjutan yang perlu diwaspadai dan dipahami yaitu akan terdapat perubahan morfologi pantai, penggerusan atau biasa disebut dengan abrasi, penurunan nutrient di perairan.
Baca juga: Sudah 3 Hari Banjir Rob Rendam Rumah dan Toko di Tanjung Uban Bintan
Baca juga: Banjir Rob Genangi 1.000 Rumah Warga di Pekalongan, Hempasan Ombak Capai 4 Meter
Efek lanjutan ROB juga akan meninggalkan genangan, yang membuat daerah pesisir tidak seperti sebelumnya, dan ini yang bisa menyebabkan penurunan muka air tanah yang terdapat diwilayah pesisir di Batam-Kepulauan Riau.
Efek lanjutan pasca ROB juga akan merusak rumah, jalan dan fasilitas umum yang akan mengakibatkan bebrapa lahan pertanian tidak bisa difungsikan.
Banjir ROB juga bisa nantinya akan menyebabkan terjadinya beberapa penyakit akibat tercemarnya daeran pesisir yaitu penyakit batuk, flu, gatal-gatal dan diare.
Sehingga dapat disarankan bangunan tepi pantai sebaiknya menggunakan rumah panggung.(TribunBatam.id/Roma Uly Sianturi)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Batam