VIRAL DI MEDSOS
Viral di Medsos Gubernur Sumut 'Jewer Sayang' Khairuddin Aritonang Berujung Laporan Polisi
Polemik Gubernur Sumut dengan Kharuddin Aritonang yang menjadi pelatih biliar atlet PON terus berlanjut. Langkah hukum pun akhirnya diambil.
Dia pun sempat melayangkan somasi ke Mantan Pangkostrad TNI Angkatan Darat itu namun tak berbalas.
Baca juga: Edy Rahmayadi Sentil KLB Demokrat Kubu Moeldoko, Sumut Jangan Diadakan Ajang yang Tidak Sah
Baca juga: Gubernur Edy Rahmayadi Tak Percaya Kemampuan Rizky Billar Beli PSMS Medan
"Iya. Hari ini kami buat laporan polisi untuk Gubernur ke Polda Sumut karena sudah kami somasi tetapi tak juga minta maaf," kata Coki, Senin (3/1/2022).
Ia mengatakan, sebelum melaporkan Edy Rahmayadi ke Polda Sumut, dirinya sudah berkonsultasi dengan adik-adiknya alumni fakultas hukum terkait masalah ini.
Coki mengatakan, bahwa laporan yang akan dia buat ini atas nama pribadi, bukan mengatasnamakan Pengprov Biliar.
Dia mengatakan, dirinya melaporkan Edy Rahmayadi agar kedepan mantan Ketua PSSI ini jangan terlalu arogan dengan siapapun.
Coki mengatakan, Edy Rahmayadi harus ingat, dirinya bukan militer lagi.
Sebagai pemimpin di Sumut, sikap-sikap arogan semacam itu tidak diperlukan.
"Dia sekarang sudah jadi pemimpin Sumut. Jangan arogan kalau jadi pemimpin," tegas Coki.
Dalam segmen Selamat Sore Medan, Selasa (28/12/2021), Coki mengaku sama sekali tidak tertidur saat Edy Rahmayadi menyampaikan kata sambutan.
Ia merasa tidak ada yang istimewa dari kata Gubernur Sumut sehingga ia tidak bertepuk tangan seperti yang lain.
Baca juga: HARI Terakhir PON XX Papua, Atlet Biliar Kepri Berhasil Sumbangkan Medali Perak
Baca juga: Viral di Medsos Warga Mengaku Joki Vaksin Covid-19, Pernah Disuntik 3 Kali Sehari
Dia mengatakan, tidak ada hubungannya antara tepuk tangan dengan urusan pembangunan olahraga di Sumatera Utara.
"Saya bingungnya, apa bahasa dia yang spektakluler untuk pembangunan olahraga di Sumatra Utara ini, sehingga saya harus tepuk tangan. Beliau panggil saya kedepan, saya bingung, kenapa saya dipanggil. Tapi sebagai laki-laki, saya datang. Begitu di atas podium, ditanyai kenapa tidak tepuk tangan," kata Coki.
Ia pun memilih meninggalkan mantan Pangkostrad itu setelah disebut kalimat yang menurutnya tak pantas diucapkan oleh kepala daerah di depan khalayak ramai.
Coki kemudian keluar dari ruang pertemuan.
"Itu membuat saya tersinggung, dan saya meninggalkan dia. Ini manusia enggak beradab, aku hadapi juga dengan tidak beradab. Setelah saya buka pintu keluar, baru dia bicara. Dia bilang, kalau enggak suka, silakan keluar. Tapi saya keluar deluan," kata Coki.