HUMAN INTEREST
KISAH Pengamen Angklung di Simpang Tiga Seraya Bawah Batam, Salurkan Hobi Sambil Menghibur Orang
Ricky Subekti bersama ke tujuh rekannya kerap mengamen dengan musik angklung dengan menggunakan grup Angklung Putra Perwira Batam. Simak kisahnya.
Penulis: ronnye lodo laleng |
Namun angklung ini juga ada yang berasal dari Jawa, seperti Jawa Tengah bahkan Jawa Timur.
Ricky dan kawan-kawannya bahkan berasal dari Jawa tengah.
Alat musik ini dibunyikan dengan cara digoyangkan.
Bunyi dihasilkan dari benturan pipa bambu sehingga ada dua, tiga dan empat nada dihasilkan sekaligus dalam setiap goyangan.
Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
Meski kelihatan mudah, tidak semua orang bisa memainkan alat musik angklung karena ada paduan ritme lagu yang harus dibunyikan.
Ada yang bisa melakukan sendiri, namun alat angklungnya digantung banyak.
Akan tetapi, sebagian besar pertunjukan angklung dilakukan secara kelompok, bahkan ada yang berbentuk orkestra.
Ricky sendiri sudah belajar angklung sejak umur lima tahun dari orangtuanya.
Meskipun masih berusia muda, 18 tahun, pemuda ini konsisten ingin mempertahankan musik ini.
Meskipun Batam jauh dari daerah asalnya, Ricky dan rekan-rekannya merasa musik ini sangat diterima oleh masyarakat Kota Batam. Mereka pun membuat sanggar bernama “Angklung Putra Perwira Batam”.
Di kelompok itu, Ricky sebagai pemain dan pengurus.
Grup ini sudah hampir dua tahun berdiri.
Selain angklung sebagai alat musik utama, juga ada alat musik pendamping lainnya, seperti drum dan bas.
Bagi Ricky dan kawan-kawannya bermusik atau mengamen di pinggir jalan adalah seperti hobi yang menghasilkan.