HUMAN INTEREST
KISAH Pengamen Angklung di Simpang Tiga Seraya Bawah Batam, Salurkan Hobi Sambil Menghibur Orang
Ricky Subekti bersama ke tujuh rekannya kerap mengamen dengan musik angklung dengan menggunakan grup Angklung Putra Perwira Batam. Simak kisahnya.
Penulis: ronnye lodo laleng |
Setiap sore mereka tampil di pertigaan itu, bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 200 ribu dari para pengendara.
"Kami hanya salurkan hobi saja. Kami juga tidak memaksa kepada pengendara untuk harus kasih uang. Kalau dikasih, ya, syukur, jika tidak maka tidak apa-apa. Yang penting mereka terhibur," katanya.
Selain itu, mereka tampil di lampu merah hanya untuk mengisi waktu kosong saja.
Sebab, para pemain musik ini umumnya bekerja di hotel atau pekerja bangunan.
“Ini obat lelah bagi kami. Menghibur diri yang galau sambil menghibur orang lain juga,” katanya sambil tertawa.
Karena itu, saat memainkan angklung, mereka melakukan dengan tulus dan sungguh-sungguh.
Bahkan, saat tampil, mereka kadang bergoyang, berteriak dan mengangkat tangan untuk melengkapi ekspresi lagu yang dinyanyikan.
Dari ngamen itu, kadang mereka juga diminta tampil di acara pernikahan, uang tahun hingga grand opening sebuah perusahaan.
Harga setiap kali tampil juga bervariasi, mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 8 juta, tergantung lamanya tampil.
Ternyata kelompok angklung di Kota Batam ini tidak hanya mereka saja, tetapi ada empat grup.
Satu grup di Batam Center, satu di Batuaji dan dua grup di Tanjungpiayu, Mukakuning.
"Kami ada empat grup, namun cuma kami saja yang turun ke lampu merah. Sedangkan tiga grup lainnya mengisi acara tertentu saja," ujar Ricky.
Ricky berharap semoga Pemerintah Kota Batam ikut membantu dan mendukung alat musik angklung ini sehingga bisa menjadi salah satu alat musik yang diterima warga Batam.
Sebab, musik angklung ini termasuk langka dan berpotensi menjadi kesenian yang bisa menghibur wisatawan. (Ronnye Lodo Laleng)