NATUNA TERKINI
Dubes Amerika Serikat Minta Indonesia Tak Ambil Pusing Gertak China Atas Laut Natuna Utara
Amerika Serikat sebelumnya bereaksi atas tuntutan China yang meminta Indonesia menghentikan aksitivitas migas di Laut Natuna Utara.
NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Mr Sung Yong Kim meminta pemerintah Indonesia melanjutkan eksplorasi migas di Laut Natuna Utara.
Saat kunjungannya ke Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Rabu (30/3/2022), ia bahkan menyebut tuntutan negara China yang meminta Indonesia untuk menghentikan aktivitas migas di sana tidak mendasar.
Laut Natuna Utara di Provinsi Kepri sebelumnya menjadi sorotan setelah pemerintah China mengklaim jika wilayah perairan tersebut masuk dalam wilayah kedaulatan mereka.
Melalui utusannya, mereka diketahui mengirimkan surat ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia untuk mempertegas hal itu.
Sebelum surat itu dilayangkan, nelayan tradisional Natuna kerap kali melihat kapal perang negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu berada di sekitar perairan Laut Natuna Utara.
Sejumlah negara pun mengecam klaim sepihak negeri tirai bambu itu.
Baca juga: BMKG Minta Warga Kepri Waspada Cuaca Ekstrem, Gelombang Laut Natuna Utara Bisa 5 Meter
Baca juga: Presiden China Xi Jinping, Prancis, PM Kanada Hingga Jerman Curhat ke Jokowi: Semuanya Pusing
Sementara pemerintah Republik Indonesia tak mau ambil pusing dengan klaim sepihak China itu.
Seperti diketahui, sengketa laut Natuna telah terjadi sejak 1947.
"Mengenai tuntutan China atau Tiongkok, bahwa Indonesia dituntut menghentikan kegiatan eksplorasi, itu merupakan tuntutan yang tidak mendasar. Saya minta pemerintah Indonesia menolak tuntutan itu dan tetap beroperasi seperti biasanya," kata Mr. Sung saat mengunjungi Natuna, Rabu (30/3/2022) kemarin.
Menurut Dubes Sung Yong Kim, klaim China atas wilayah nine dash line atau 9 garis putus tidak sesuai dengan putusan PBB tentang hukum laut Unclos 1982.
Negara lain, termasuk China tak memiliki hak sama sekali untuk tuntutan itu.
"Indonesia memiliki hak untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan semua sumberdaya energi di dalam wilayah Indonesia termasuk Laut Natuna Utara," tegasnya.
SIKAP Indonesia
Meskipun saling klaim perairan Natuna Utara, Indonesia enggan mengakui adanya perselisihan dengan China.
Ketika berita larangan pengeboran minyak beredar, pemerintah pilih bungkam.
Indonesia tidak secara terbuka menentang China dalam perselisihan Laut China Selatan.
Namun, pemerintah selalu menegaskan bahwa perairan Natuna Utara adalah wilayahnya.
Dalam konferensi negara-negara ASEAN dengan China, 21 November lalu, Presiden Jokowi disebut meminta Xi Jinping “menghormati hukum internasional”.
Baca juga: China Makin Berani Klaim Laut Natuna Utara, Indonesia Gandeng Amerika Serikat
Baca juga: China Kian Sangar Klaim Laut Natuna Utara, AS Hingga Jerman Kirim Armada Militer
Akan tetapi, di luar komentar diplomatik, Indonesia dilaporkan menempuh langkah strategis untuk memperkuat pertahanan di Natuna Utara.
Indonesia berencana membangun pangkalan militer di Natuna. Alasannya untuk menjaga kedaulatan yang, dalam kasus Natuna Utara, berhadap-hadapan langsung dengan China.
“Di Natuna itu kita ada STT (Satuan TNI Terintegrasi). Di situ ada Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan Angkatan Udara. Natuna ke depan akan dibuat pangkalan militer gabungan gitu," kata Pangkogabwilhan I Laksamana Madya Muhammad Ali kepada Kompas.tv pada September lalu.
Selain itu, Indonesia bekerja sama dengan Amerika Serikat membangun pusat latihan penjaga pantai di dekat Natuna.
Indonesia dan AS sendiri menggelar latihan gabungan besar-besaran pada Agustus lalu. Latihan ini diisi simulasi pertahanan kepulauan.
Menko Luhut sebelumnya menegaskan jika Indonesia menjadi penyeimbang antara China dan Amerika Serikat.
Indonesia tidak berpihak kepada satu kekuatan manapun, baik China maupun AS.
Menurutnya meski kerja sama Indonesia dengan kedua negara tersebut dapat saling menguntungkan, namun posisi Indonesia tetap berada sebagai penyeimbang tanpa berpihak kepada satu kekuatan manapun.
Baca juga: Duta Besar Amerika Serikat Kunjungi Natuna, Diskusi Kisah Keamanan, Pendidikan dan Ekonomi
Baca juga: George Soros Serang China, Sebut Presiden Xi Jinping Tak Mampu Pulihkan Krisis Ekonomi
Termasuk soal konflik AS dan China di Laut China Selatan. Indonesia menyebutnya kawasan tersebut sebagai Laut Natuna Utara.
"Karena kemarin ada tamu kami dari Tiongkok, investor besar, itu enggak dapat hotel. Jadi, ini salah satu contoh yang kita lihat bagus," kata Luhut secara virtual seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (16/12/2021).(TribunBatam.id/Muhammad Ilham)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Natuna