Nelayan Karimun Menjerit Banyak Ikan Mati Diduga Akibat Tercemar Tumpahan Minyak

Ketua HNSI Karimun Abdul Latif sebut, tercemarnya perairan Karimun dari tumpahan minyak sangat merugikan nelayan, dan sudah terjadi 1 bulan ini

Penulis: Yeni Hartati | Editor: Dewi Haryati
HNSI Karimun untuk Tribun Batam
Kondisi tumpahan minyak di perairan Karimun yang berdampak pada berkurangnya hasil tangkapan nelayan 

KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Sejumlah nelayan di Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun Provinsi Kepri resah hasil tangkapan ikan mereka berkurang.

Ikan-ikan itu banyak yang mati sebelum ditangkap nelayan.

Hal ini diduga kuat akibat tumpahan minyak yang mencemari perairan Karimun.

Dari foto-foto yang diterima Tribunbatam.id, seorang nelayan menunjukkan ikan yang mati dalam kondisi berlumuran minyak.

Ada lagi foto yang memperlihatkan air laut tercemar minyak.

Tumpahan minyak ini diduga kuat berasal dari salah satu kapal bernama MT Tabonganen 19.

Kapal tersebut merupakan hasil penegahan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kepri pada 2016 silam.

Sementara, kondisi kapal bernama MT Tabonganen 19 tersebut saat ini masih berada di tengah laut Kecamatan Karimun.

Baca juga: Puluhan Warga Pulau Labu Batam Datangi Perusahaan, Minta Tanggung Jawab Soal Limbah Minyak

Baca juga: WARGA 2 Pulau di Kecamatan Bulang Menjerit, Tumpahan Minyak Usik Periuk Nasi

Diketahui, kapal MT Tabonganen 19 diamankan karena membawa 1.115 kiloliter minyak mentah asal Palembang menuju perairan internasional, dengan tidak dilengkapi dokumen yang sah.

Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Karimun yakni Abdul Latif, secara langsung meninjau kondisi kapal MT Tabonganen 19 yang berada di tengah laut itu.

Hasilnya, para nelayan dibuat terkejut lantaran banyak tumpahan minyak di sekitar kapal tersebut.

"Dampak dari tercemarnya laut itu sangat mempengaruhi hasil tangkapan para nelayan," ucap Abdul Latif, Senin (18/4/2022).

Abdul Latif menyebut, tercemarnya perairan Karimun yang merugikan para nelayan ini telah dirasakan selama satu bulan.

"Hampir satu bulan laut Karimun tercemar, dan nelayan yang ambil ikan di daerah ini hanya diam. Namun kini mereka mulai resah dengan hasil pendapatan yang berkurang," tambahnya.

Dengan kondisi itu, para nelayan meminta tanggung jawab kepada pihak manajemen kapal dan memberikan penjelasan atas tercemarnya air laut di perairan Karimun ini.

Seorang nelayan menunjukkan ikan mati dalam kondisi berlumuran minyak
Seorang nelayan menunjukkan ikan mati dalam kondisi berlumuran minyak (HNSI Karimun untuk Tribun Batam)


"Kami (para nelayan-red) punya bukti foto dan videonya selama mendatangi kapal tanker yang berada di tengah laut itu. Kami hanya minta solusi," terangnya.

Terakhir, Abdul Latif berharap agar pihak terkait memikirkan nasib ratusan para nelayan yang mengalami dampak akibat tumpahan minyak di kawasan tangkapan nelayan tersebut.

"Nasib nelayan yang dulunya per hari mendapat puluhan kilogram, namun saat ini tidak dapat sama sekali hanya ikan mati dan jaring yang terimbas minyak saja. Tentunya kompensasi terhitung dari kerugian selama tak mendapatkan ikan yang kami harapkan," pungkasnya. (tribunbatam.id/Yeni Hartati)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved