HUMAN INTEREST
Nasib Penjual Kulit Ketupat Asal Anambas, Rezeki Banyak Datang Justru saat Larangan Mudik
Penjual kulit ketupat musiman di Anambas bercerita bagaimana omzet mereka saat lebaran tahun ini.
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Septyan Mulia Rohman
ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Wanita itu bernama Zuriani.
Belasan tahun sudah ia berjualan di Pasar Inpres Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri.
Sambil duduk santai di bangku kayunya, deru napas wanita paruh baya itu terlihat teratur.
Bahkan konsentrasinya juga terlihat baik saat diajak berbicara sambil jemarinya yang kurus keriput sibuk menganyam helai demi helai daun kelapa muda.
Dari hasil anyaman jemarinya yang terampil dan cekatan itu tak butuh waktu lama untuk diselesaikannya, ternyata Zuriani sedang menganyam bungkusan kulit ketupat yang siap untuk dijual saat lebaran esok tiba.
Tak banyak kulit ketupat yang Zuraini jual di lebaran tahun ini.
Baca juga: Pedagang Ketupat Musiman Batam Panen Rezeki Jelang Hari Raya, Omzet Tembus Rp 1 Juta Sehari
Baca juga: Cara Mudah Memasak Ketupat dengan Rice Cooker, Panci Biasa, dan Presto untuk Hidangan Lebaran
Hal itu semakin jelas dengan hanya belasan renteng kulit ketupat saja yang digantung dan di pajang di atas meja dagangannya.
Ada berbagai bentuk kreasi kulit ketupat yang berhasil dan cepat dianyamnya.
Katanya, ia sudah terampil sejak kecil menganyam kulit ketupat bersama almarhum orang tuanya sejak kecil.
"Iya kenapa cepat karena sudah terbiasa dari kecil dan bagi saya menganyam kulit ketupat ini sama halnya dengan mengaji Al Qur'an begitu," ucapnya sambil terus menganyam, Minggu, (1/5/2022).
Namun tahun ini omzet jualan kulit ketupatnya menurun lantaran banyaknya warga Tarempa yang mudik lebaran sehingga membuat kunjungan pasar sepi.
"Tahun ini kurang lah, karena banyak pekerja kantoran yang mudik ke kampungnya. Kalau selama dua tahun lalu saat pandemi untung lumayan, karena gak ada yang mudik kan," sebutnya.
Untuk tahun lalu saja, karena tingginya permintaan pasar, wanita berkaca mata itu mampu menganyam sendiri daun kelapa muda sebanyak 10 hingga 15 pelepah.
Namun berbanding dengan tahun ini baru 5 pelepah yang dibuatnya.
"Sepi lah sekarang, biasa tahun-tahun sebelumnya saya juga ambil upah jual dari orang yang nitip ke lapak jualan saya, tapi sekarang hanya sedikit karena gak banyak laku," ungkapnya.
Baca juga: Trik Simpan Ketupat Agar Tetap Segar, Tahan Lama dan Tak Mudah Basi
Baca juga: Kisah Pedagang Kulit Ketupat Musiman di Tanjungpinang saat Pandemi Covid-19
Zuraini yang siang itu ditemani anaknya pun bercerita, sudah mulai menjual kulit ketupat sejak hari Jumat yang lalu dan dari satu kulit ketupat dijual seharga Rp 1.000.
"Kalau kulit ketupat yang saya anyam bentuknya bervariasi, ada ketupat jantung pisang, ketupat bawang, ketupat garam sebuku dan ketupat lupis. Biasa itu istilah penyebutan orang Melayu sini," tuturnya.
Ketupat garam sebuku menjadi idola bagi warga Anambas.
Lantaran campuran beras dan santan kelapa yang dimasak nantinya jauh lebih berlemak.
"Kalau orang sini suka pakai itu, karena rasanya lebih enak dan berlemak. Tapi kalau banyak yang dicari jenis kulit ketupat biasa," tukasnya.
Akhirnya pembicaraan pun berakhir lantaran Zuraini harus bergerak melayani pembeli yang seketika datang ke lapak jualannya. (TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google
Berita Tentang Anambas