Inilah Daftar Raja Sawit Indonesia, Cari Uang di RI tapi Berkantor Pusat di Luar Negeri

Polemik mahalnya harga minyak goreng hingga terbongkarnya kasus migor ekspor menyulut hal-hal yang selama ini tersembunyi terkuak ke publik

Tribun Padang
Ilustrasi Kebun Sawit - Inilah Daftar Raja Sawit Indonesia, Cari Uang di RI tapi Berkantor Pusat di Luar Negeri 

TRIBUNBATAM.id - Polemik mahalnya harga minyak goreng hingga terbongkarnya kasus migor ekspor menyulut hal-hal yang selama ini tersembunyi terkuak ke publik.

Salah satunya adalah para pemain besar minyak goreng Indonesia, yang justru berkantor pusat di luar negeri.

Raja-raja kelapa sawit di Indonesia itu menggunakan tanah Indonesia untuk mencari uang, tetapi berkantor di luar Indonesia, yang membuat negara berpotensi kehilangan pajak.

Mirisnya, ada yang menanam kelapa sawit di atas tanah milik negara melalui skema Hak Guna Usaha (HGU).

Temuan ini hasil audit yang dilakukan Kementerian Bidang Kemaritiman dan Investasi, pimpinan Luhut Binsar Pandjaitan.

Luhut bilang, perusahaan-perusahaan tersebut sudah mengeruk untung dari tanah HGU yang diberikan negara, namun justru berkantor pusat di luar negeri.

"Bayangkan dia punya 300-500 ribu (hektare), headquarter-nya di luar negeri, dia bayar pajaknya di luar negeri. Not gonna happen. You have to move your headquarter to Indonesia. (Tidak boleh. Kamu harus pindahkan kantor pusatmu ke Indonesia)," tegas Luhut.

Baca juga: FAKTA Kasus Ekspor Minyak Goreng yang Seret Dirjen Kemendag Tersangka, Biang Kerok Langkanya Migor!

Baca juga: Minyak Goreng Curah di Batam Langka Saat Harga Migor Kemasan Naik, Ini Langkah Pemko

Sebagaimana diketahui, Luhut memang tidak secara spesifik menyebut nama perusahaan pemilik perkebunan kelapa sawit besar yang mengeruk banyak untung di Indonesia, tetapi memilih berkantor pusat di luar negeri.

Daftar 3 konglomerat sawit Indonesia yang berkantor di Singapura

Namun jika mengacu pada luas perkebunan kelapa sawit yang mencapai ratusan ribu hektare di Indonesia, akan mengerucut pada pemain-pemain besar industri kelapa sawit.

Selain dimiliki Warga Negara Indonesia (WNI), ada beberapa perusahaan sawit besar yang merupakan penanaman modal asing (PMA) yang didominasi Malaysia dan Singapura.

Berikut beberapa perusahaan kelapa sawit raksasa yang dimiliki WNI namun memilih berkantor pusat di Singapura:

1. Royal Golden Eagle International

RGEI dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura.

Pemiliknya adalah konglomerat Indonesia, Sukanto Tanoto.

Baca juga: Keluh Kesah Emak-emak Rencana Pemerintah Cabut Subsidi Minyak Goreng Curah

Baca juga: DAFTAR Harga Minyak Goreng di Alfamart dan Indomaret per 27 Mei 2022, Termurah Rp 22.000 /Liter

Sebelum sebesar sekarang, Sukanto memulai bisnisnya pada tahun 1967 sebagai pemasok suku cadang dan pengusaha di bidang jasa konstruksi untuk industri minyak.

Perusahaan kelapa sawit dan produsen yang berada dalam kelompok bisnis RGEI adalah Asian Agri dan Apical.

Dikutip dari laman resmi Asian Agri, perusahaan ini memiliki 30 perkebunan kelapa sawit dengan luas total 100.000 hektare di provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Utara.

Luasan ini belum termasuk lahan kelapa sawit plasma.

Selain jadi pemain besar industri sawit, Kelompok bisnis RGEI di Indonesia juga bergerak di berbagai industri, di antaranya yang terbesar yakni industri kertas dan pulp di bawah Asia Pacific Resources International Holding Ltd atau APRIL.

Dicatat Forbes, kekayaan Sukanto Tanoto mencapai 2,1 miliar dollar AS dan menempatkannya di urutan 1.561 orang paling tajir di dunia di 2021.

2. Fisrt Resouces Ltd

First Resources Ltd adalah perusahaan milik taipan Indonesia lainnya, Ciliandra Fangiono.

Sosoknya sempat beberapa kali masuk daftar orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes dengan usia yang terbilang sangat muda.

Di usianya yang baru 45 tahun, Ciliandra menempati posisi ke-30 orang terkaya Indonesia dengan usia paling muda pada tahun 2020, dengan kekayaan Rp 1,05 miliar dollar AS.

Baca juga: 9 Perusahaan Masuk Radar MAKI Soal Mafia Minyak Goreng, Sayangkan Kewenangan Terbatas KPPU

Baca juga: Setelah Lebaran, Harga Minyak Goreng dan Telur Ayam di Batam Masih Tinggi

Sumber kekayaan terbesarnya berasal dari perkebunan sawit.

Dia merupakan generasi kedua yang mewarisi perusahaan sawit dari ayahnya, Martias.

Ciliandra merupakan CEO First Resources Ltd, perusahaan yang tercatat di bursa efek Singapura yang banyak menguasai ratusan ribu hektare lahan sawit di Indonesia.

First Resources sendiri dirintis ayahnya sejak dua dekade silam.

Perusahaan ini memiliki puluhan pabrik pengolahan sawit yang banyak tersebar di Sumatera dan Kalimantan.

3. Wilmar International Ltd

Wilmar International Ltd adalah salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia, yang menanam sawitnya di atas lahan milik negara yang diberikan pemerintah melalui skema HGU.

Anak perusahaan Wilmar di Indonesia, PT Wilmar Nabati Indonesia ikut tersandung dalam kasus korupsi ekspor minyak di Kementerian Perdagangan yang kini ditangani Kejaksaan Agung.

Wilmar International bahkan tercatat sebagai salah satu perusahaan terbesar dari sisi kapitalisasi pasar di Bursa Efek Singapura atau Singapore Stock Exchange (SGX).

Berbagai produk Grup Wilmar antara lain minyak goreng, margarin, coklat, oleokimia dan biodiesel.

Di Indonesia, merek minyak goreng terkenal dari Wilmar adalah Fortune dan Sania.

Baca juga: Minyak Goreng Sampai Tembakau Picu Inflasi Kepulauan Riau April 2022

Baca juga: Koramil 07/Palmatak Salurkan BLT Minyak Goreng, Warga Mengaku Senang dan Antusias

Selain sawit dan produk turunannya, perusahaan ini tercatat sebagai holding investasi.

Dikutip dari laman resminya, Wilmar International berkantor di 28 Biopolis Road, Singapura.

Perusahaan juga mengklaim memiliki lebih dari 500 pabrik dan jaringan distribusi tersebar di China, Indonesia, India dan berbagai negara lainnya.

Pada tahun 2021, perusahaan bahkan mencatatkan keuntungan bersih sebesar 1,89 miliar dollar AS.

Konglomerat Martua Sitorus adalah sosok di balik gurita bisnis Wilmar di Indonesia.

Masih menurut laman resmi perusahaan, Wilmar awalnya bermula dari perusahaan penggilingan tepung terigu bernama FFM Berhad yang didirikan Kuok Group milik Kuok Khoon Hong di Malaysia pada tahun 1966.

Kemudian pada 1 April 1991, Kuok Khoon Hong berkongsi dengan konglomerat asal Indonesia Martua Sitorus dengan membentuk Wilmar Trading Pte Ltd.

Awalnya, Grup Wilmar memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Sumatera Barat, di bawah bendera PT Agra Masang Perkasa (AMP).

Dikutip dari kompas.com, area perkebunan kelapa sawit Wilmar kemudian merambah ke Sumatera Utara.

Dalam waktu relatif cepat, perkebunan sawitnya semakin menggurita di Indonesia hingga ratusan ribu hektare dan berada di atas lahan negara melalui skema HGU.

Meski punya kebun kelapa sawit sangat luas beserta fasilitas pabrik pengolahannya di Indonesia, perusahaan ini memilih mencatatkan diri di Bursa Efek Singapura atau Singapore Stock Exchange.

Wilmar International Ltd pernah masuk sebagai perusahaan sawit terbesar dunia pada tahun 2018.

Majalah Forbes bahkan menjuluki sang pemilik Grup Wilmar, Martua Sitorus sebagai Raja Minyak Sawit Indonesia.

Matua Sitorus sebagaimana dicatat Forbes memiliki kekayaan bersih sebesar 3 miliar dollar AS, sekaligus menempatkan pria berusia 62 tahun ini di urutan 1.034 orang terkaya di dunia.

Baca juga: HARGA Minyak Goreng di Indomaret dan Alfamart per 18 Mei 2022, Termurah Merek Amanda dan Sania

Baca juga: FAKTA Kasus Ekspor Minyak Goreng yang Seret Dirjen Kemendag Tersangka, Biang Kerok Langkanya Migor!

.

.

.

(TRIBUNBATAM.id)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved