INFO CUACA

BMKG Warning Potensi Cuaca Ekstrem di Natuna, Bisa Muncul Pusaran Angin di Atas Laut

BMKG keluarkan peringatan dini bahaya cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan fenomena angin kencang di atas laut. Warga diminta tetap waspada

Editor: Dewi Haryati
TribunBatam.id/Dokumentasi Pribadi Warga Anambas
Tangkap layar angin kencang berputar di atas laut (waterspout) dekat Masjid Agung Baitul Makmur, Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu (25/6/2022). BMKG Ranai warga waspada cuaca ekstrem 

NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ranai, mengeluarkan peringatan dini bahaya cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan fenomena waterspout dan puting beliung.

Pasalnya, beberapa hari belakangan ini BMKG Ranai mendeteksi adanya pertumbuhan awan konvektif (Cumulonimbus) yang cukup signifikan di wilayah Natuna.

Pertumbuhan awan tersebut berpotensi menciptakan sebuah fenomena berupa waterspout dan puting beliung yang dapat menimbulkan kerusakan alam dan lingkungan sekitar.

Seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Anambas pada Sabtu, 25 Juni 2022.

Hal itu disampaikan oleh Forecaster Onduty BMKG Ranai, Resa Agna F. Denryanto.

Ia menjelaskan, waterspout adalah fenomena seperti puting beliung, tetapi terjadi di atas permukaan air atau laut.

"Mekanisme pembentukan waterspout itu sama seperti puting beliung. Waterspout muncul dari sistem awan gelap dan tebal atau awan Cumulonimbus (Cb) yang turun ke bawah seperti belalai dan membentuk pusaran angin yang sangat kencang serta terjadi di atas laut," kata Resa dalam keterangan yang diterima Tribunbatam.id, Minggu (26/6/2022).

Diketahui, fenomena waterspout juga pernah terjadi di Natuna pada 12 September 2021 di Perairan Pantai Piwang.

Baca juga: Paniknya Warga Anambas saat Pusaran Angin Terjang Laut Tarempa Dekat Masjid Agung

Baca juga: Warga Anambas GEGER Kemunculan Angin Berputar di Atas Laut Sehari Setelah Hari Jadi ke-14

Terkait kondisi ini, masyarakat diminta agar tetap waspada terhadap bahaya cuaca ekstrem.

"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (hujan lebat disertai kilat/petir dan diikuti angin kencang) dan dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, puting beliung, pohon tumbang, dan jalan licin," ujarnya.

SEKILAS Tentang Waterspout

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangerang, menjelaskan, secara visual, waterspout dapat dikenali dari bentuknya yang seperti belalai atau corong pipa panjang dan terlihat turun dari awan jenis cumulus congestus atau cumulonimbus.

"Waterspout merupakan tornado yang terkoneksi dengan air dan memiliki skala mikro. Fenomena ini hanya dapat terjadi di atas danau, tambak, sungai, bendungan, dan lain-lain," ujar Andi kepada Kompas.com, Kamis (21/1/2021).

Andi mengatakan, waterspout berbeda dengan angin puting beliung atau small tornado.

Angin puting beliung memiliki kecepatan angin dan dampak kerusakan pada kisaran di bawah skala F-2 (Skala Fujita-2, menurut ahli tornado keturunan Jepang Tetsuya Fujita dari Universitas Chicago).

Dengan demikian, angin puting beliung memiliki lintasan kurang dari satu kilometer dengan durasi hidup di bawah satu jam.

Sementara itu, waterspout tornado yang terkoneksi dengan air dan memiliki skala mikro.

Andi mengatakan, diameternya berkisar 30-50 meter dengan durasi antara 1-2 jam.

Menurut dia, waterspout juga berbahaya seperti angin puting beliung karena dapat merusak bangunan.

"Sepengetahuan saya, waterspout dapat merusak bangunan sebagaimana puting beliung," kata dia.

Akan tetapi, bahaya itu bisa terjadi jika bangunan tersebut berada cukup dekat dengan sumber air seperti bendungan, sungai, danau, atau waduk.

"Bahkan jika seseorang berada di dekat waterspout, seseorang tersebut akan dapat dipastikan tidak selamat," ujar Andi.

Oleh karena itu, sebaiknya menjaga jarak jika menemui fenomena waterspout.

Jarak amannya, kata Andi, minimal 1-2 kilometer dari pusat waterspout, bergantung dari ukuran waterspout-nya.

Selain itu, waterspout juga bisa menyeret ikan-ikan ataupun habitat air lainnya.

Akan tetapi, lanjut Andi, waterspout tidak sampai menimbulkan tsunami.

Hal itu karena tsunami umumnya dari aktivitas seismik, jadi tidak terkait.

Andi menjelaskan, terbentuknya awan cumulonimbus yang sangat cepat dapat memicu cuaca ekstrem.

Seperti badai guruh, angin puting beliung, hingga waterspout.

Umumnya, hal-hal itu terjadi akibat pertemuan atau tabrakan antara dua angin yang memiliki karakter berbeda atau karena terjadinya geser angin (wind shear).

Angin ini kemudian terangkat (updraft) dan diperkuat oleh kondisi ketidakstabilan udara di sekitarnya.

Fase Waterspout adalah sebagai berikut:

1. Fase pembentukan awal

Pada tahap ini terdapat dukungan temperatur, kelembapan dan pergeseran angin yang menjadi syarat bagi pembentukannya.

2. Fase awan cerah terbentuk di atas permukaan air.

3. Awan cerah tersebut dikelilingi oleh awan di sekitarnya yang berwarna abu gelap.

4. Pembentukan corong berwarna terang yang memanjang dan berbentuk spiral.

5. Corong spiral memanjang mulai tampak oleh pengamatan visual dan di bagian permukaan air terbentuk percikan air ke segala arah.

Pada saat tahapan kelima itu, peluruhan waterspout terjadi ketika terdapat udara lembap atau uap air yang masuk ke dalam corong badainya. (Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)(Kompas.com/Nur Fitriatus Shalihah)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved