FEATURE
Mengenal Tudung Manto Warisan Budaya Lingga Tak Lekang Zaman
Warisan budaya di Lingga bernama Tudung Manto masih tetap lestari meski zaman sudah terus berkembang ke arah digital.
Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
Sedangkan manto merupakan sulaman atau bordiran yang menggunakan kelingkan atau benang khusus.
Istimewanya, kain tipis penutup kepala ini berpadu dari berbagai jenis kain, seperti kain kase, kain sifon, kain sari, dan kain sutera.
Kilauan dengan warna mencolok yang khas seperti kuning, hijau, merah, hitam dan putih indahkan wanita saat mengenakannya.
Ciri khas utama Tudung Manto hiasan tekat berbagai motif, yang dibuat menggunakan kawat lentur, seperti benang berwarna perak atau emas yang disebut genggeng atau kelingkan.
Pada zaman kerajaan, bahan pembuatan tudung manto diproduksi sendiri oleh pengrajin tenun dan tembaga di Daik, Kecamatan Lingga.
Satu bahan dalam pembuatan Tudung Manto ini bisa menghabiskan biaya hingga Rp 700 ribu.
"Kenapa harganya mahal, ya karena memang bahannya yang sangat mahal. Baru ini saya telah membuat sehelai Tudung Manto dengan harga saya jual Rp 1,5 juta," ungkapnya.
Syarifah sendiri merupakan peserta yang sebelumnya mengikuti pelatihan membuat Tudung Manto, yang digelar Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Lingga belum lama ini.
Dia ikut berperan menjaga warisan budaya ini, untuk dikenalkan ke luar daerah.
Warisan ini menjadi kebanggaan hingga telah menjadi hak milik Kabupaten Lingga, yang telah ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Baca juga: Melihat Warisan Budaya Melayu Tudung Manto, Kemenkumham Mengakui Haknya
Biasanya, perempuan mengenakannya di acara-acara besar, seperti jamuan hingga acara adat perkawinan.
Bahkan saat prosesi lamaran, perempuan Melayu mengenakan ini sebagai pelengkap pakaian yang ia kenakan.
Secara historisnya, Tudung Manto adalah bagian dari folklor non Lisan yaitu adat istiadat tradisional yang diwariskan atau disebarluaskan secara turun temurun dalam bentuk pakaian tradisional.
Pada zaman dahulu, tudung manto ini mempunyai kedudukan yang istimewa karena hanya dipakai oleh perempuan yang sudah menikah dari kalangan bangsawan.
Selain itu disesuaikan dengan warna dan garis keturunan dalam acara pernikahan atau pun acara-acara adat istiadat budaya lainnya.