KESEHATAN
5 Bahaya Minyak Jelantah bagi Kesehatan, Awas Keracunan dan Resiko Kanker
Minyak goreng bekas atau minyak jelantah sering digunakan tidak hanya oleh pemakai di rumah dan pedagang makanan. Ini bahaya minyak jelantah.
TRIBUNBATAM.id - Minyak goreng yang digunakan secara berulang kali beresiko dan berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Ada banyak bahaya yang mengintai, mulai dari keracunan hingga potensi mengidap kanker.
Minyak goreng bekas atau minyak jelantah sering digunakan, tidak hanya oleh pemakai di rumah, melainkan juga pedagang makanan.
Pemakaian minyak jelantah atau minyak goreng yang telah digunakan berulang kali memang populer.
Terutama, untuk penjual makanan seperti gorengan.
Tujuan utamanya tentu saja menekan biaya produksi, karena minyak goreng baru harganya memang terbilang lebih mahal ketimbang minyak jelantah.
Namun, hal tersebut kemudian memengaruhi mutu dan nilai gizi suatu makanan yang digoreng.
Baca juga: Emak-emak Wajib Tahu! Ini Tips dan Cara Bikin Minyak Jelantah Kembali Jernih Agar Bisa Dipakai Lagi
Baca juga: 6 Minyak Alternatif Menggoreng dan Memasak Selain Minyak Sawit
Karena sifatnya yang mudah teroksidasi (terpapar oksigen), minyak goreng yang telah digunakan berulang akan mengalami penguraian banyak molekul.
Melansir dari Food Chemistry dan Livestrong, berikut adalah beberapa bahaya minyak jelantah untuk kesehatan yang perlu diwaspadai, antara lain:
- Kerusakan pembuluh darah
Bahaya minyak jelantah berikutnya adalah risiko kerusakan pembuluh darah jika dikonsumsi secara lama.
Menurut sebuah studi yang terbit di Medical Journal of Lampung University, penumpukan lemak dari minyak jelantah dapat menyumbat lumen (saluran atau rongga kecil) di pembuluh darah.
- Obesitas
Bahaya minyak jelantah untuk kesehatan yang pertama adalah obesitas.
Tingginya kadar lemak trans dan kalori dalam minyak jelantah sangat berbahaya.
Studi dalam Food Chemistry menyebutkan, minyak zaitun yang dikenal bebas kandungan lemak trans juga akhirnya akan mengeluarkan lemak jahat ini jika dipakai berulang kali.
Lemak trans dan kalori berlebihan bisa memicu terjadinya obesitas.
- Meningkatkan risiko kanker