PARIWISATA KEPRI AMAN

Meriam Tegak Destinasi Wisata Lingga serta Cerita Rakyat di Dalamnya

Melihat lebih dekat destinasi wisata Lingga Meriam Tegak serta cerita rakyat di dalamnya.

|
Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Febriyuanda
WISATA LINGGA - Meriam Tegak di Pantai Batu Berdaun, Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. Bagian destinasi wisata Lingga kini menjadi WBTB pada tahun ini sebagai Cerita Rakyat Meriam Tegak. 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Cerita Rakyat Meriam Tegak di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri menjadi kisah yang tak asing di telinga masyarakat Dabo Singkep.

Meriam yang tertancap di tanah ini, kini menjadi ikon wisata Lingga, khususnya yang mengunjungi Pantai Batu Berdaun.

Ceritanya ini pun kini diakui oleh nasional.

Tepatnya setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menetapkannya menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), Kamis (31/8/2023).

"Ada dua yang lulus dan ditetapkan WBTB tahun ini, yakni Cerita Rakyat Meriam Tegak dan Nempah Bidan Kampung di Kabupaten Lingga," ungkap Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi kepada TribunBatam.id, Sabtu (2/9/2023).

Baca juga: Kue Pengantin Khas Lingga, Kuliner Wajib saat Pesta Adat Melayu

Meriam Tegak menjadi salah satu cagar budaya Lingga yang berada di Pulau Singkep.

Letaknya persis di samping jalan utama menuju Pantai Wisata Batu Berdaun.

Sesuai dengan namanya, meriam ini berposisi tegak atau berdiri, dengan separuh bagian meriam tertancap di tanah dan separuh moncong meriam menghadap ke arah langit.

Meriam Tegak terlihat jelas dilihat oleh pengendara, saat melewati akses utama jalan ke pantai wisata ini.

Meriam Tegak berasal dari cerita rakyat, yang memiliki nilai sejarah yang melekat bagi warga setempat.

Meski memiliki cerita dan misteri yang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia, namun sebagian masyarakat lokal hampir mempercayai cerita di balik tertancapnya meriam tegak ini.

Baca juga: Pulau Mepar Wisata Lingga, Dulu Jadi Benteng Pertahanan Masa Kerajaan Riau Lingga

Cerita ini memiliki berbagai versi yang beredar di kalangan warga setempat.

Menurut Lazuardi mengungkapkan bahwa kisah ini berawal dari pertikaian atau kesalahpahaman antara suami dan istri.

Sejak zaman dahulu hingga saat ini, meriam tersebut tidak pernah bisa dicabut oleh manusia.

Bahkan, pemerintah daerah telah mengerahkan alat berat untuk mencabut meriam ini, tapi tetap saja tidak dapat membantu mengangkatnya dari tanah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved