KISRUH REMPANG
Polemik Investasi di Rempang dan Profil Perusahaan China Xinyi Glass
Berikut profil perusahaan China yang 'ngotot' tetap berinvestasi di Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Xinyi Glass secara aktif juga mempromosikan bisnisnya secara global serta terus meningkatkan tata letak strategis global.
Bahkan telah mendirikan basis manufaktur luar negeri yaitu di Malaka, Malaysia tahun 2016.
Dengan kapitalisasi pasar lebih dari 51,6 miliar Dollar Hong Kong atau setara Rp 102,5 triliun (kurs Rp 1.987), Xinyi Glass kini memiliki total kawasan industri seluas lebih dari 9,15 juta meter persegi.
Kemudian, memiliki 15.000 karyawan, serta pendapatan lebih dari 12,6 miliar Dollar Hong Kong atau setara Rp 25,04 triliun (kurs Rp 1.987) pada paruh pertama tahun 2023.
Baca juga: Kepala BP Batam Kumpulkan Warga Rempang, Bahas Penangguhan Penahanan 35 Orang
KLAIM Menteri Investasi
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia sebelumnya menegaskan jika perusahaan China yang bergerak pada sektor kaca dan sejenisnya, Xinyi Group tetap berinvestasi di Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Bahlil Lahadalia menegaskan itu melalui kanal YouTube Kementerian Investasi/BKPM yang diunggah pada Jumat (20/10/2023).
Klaim Bahlil Lahadalia itu merupakan bagian dari konferensi pers realisasi investasi triwulan III tahun 2023.
Dia tak memungkiri bahwa awalnya sempat terjadi kesalahan dalam hal komunikasi.
Namun sejauh ini kondisi di Rempang sudah mulai membaik. "Sekarang Rempang kita mulai lakukan pergeseran (dari tempat tinggal warga ke hunian sementara) baik-baik, hak-hak rakyat juga kita berikan dan kita tarik aparat keamanan," tukasnya.
Sebagai informasi, Xinyi Group atau Xinyi Glass Holdings Limited merupakan perusahaan yang disebut telah berkomitmen untuk menanamkan modalnya dalam proyek Rempang Eco-City.
Baca juga: Relokasi Warga Rempang Terbaru, 4 KK Pilih Tinggal di Ruko
Perusahaan kaca yang disebut terbesar di dunia itu rencanaya akan berinvestasi senilai 11,5 miliar Dollar AS atau setara Rp 174 triliun sampai dengan tahun 2080.
Rencana itu juga sudah tertuang dalam dokumen kerja sama yang ditandatangani Pemerintah Indonesia dengan China di Chendu pada 28 Juli 2023 lalu.
"Jadi saya pastikan bahwa Xinyi, InsyaAllah sampai dengan hari ini saya ngomong ini, clear, masuk, dan saya sudah cek," ujar Bahlil Lahadalia.
Ia kembali menegaskan komitmen investasi dari Xinyi Group dikhawatirkan terpengaruhi oleh konflik antara pemerintah dengan masyarakat di Pulau Rempang yang sempat terjadi beberapa waktu lalu.
Warga Rempang Ziarahi Makam Leluhur, Peringati Setahun Lalu Bentrok dengan Aparat |
![]() |
---|
Terdakwa Aksi Bela Rempang Ini Dijerat UU ITE, Sidang Masih Bergulir di PN Batam |
![]() |
---|
Momen Mengharukan Keluar Dari Rutan, Supiandra Sebut Banyak Sekali Hal yang Dirindukan |
![]() |
---|
21 Orang Aksi Bela Rempang Bebas Hari Ini, Keluarga Menjemput di Rutan Batam |
![]() |
---|
Delapan Terdakwa Kasus Sidang Rempang Divonis Berbeda, Berikut Rinciannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.