MATA LOKAL CORNER

Dalam Debat Capres, Aksi Saling Sindir Menyindir Sudah Menjadi Hal Biasa

Arjal mengapresiasi masukkan dan kritik akademisi terhadap debat capres beberapa waktu lalu. Ia menyepakati dinamikanya luar biasa walau belum sempurn

Editor: Eko Setiawan
TribunBatam.id/Argianto DA Nugroho
Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo Gibran, Arifudin Jalil 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo Gibran, Arifudin Jalil mengatakan debat capres pertama bisa juga dikatakan sebagai salah satu hiburan. Bersifat saling menyindir itu biasa. 


Anies memang unggul secara retorika karena dosen. Tetapi sebagai eksekutif tidak bisa terlalu banyak wacana.


"Mas Anies kata pak Prabowo itu biasa. Pak Prabowo unggulnya dalam menyampaikan visinya selesai sebelum waktunya. Karena latar belakang militer orangnya suka to the point. Tak usah mutar-mutar," kata Pria yang akrab disapa Arjal ini dalam Mata Local Corner (MLC) Tribun Batam, Kamis (14/12/2023).


Ia juga tampaknsepakat backround seseorang memang sangat mempengaruhi gaya berkomunikasi. Saling sindir menyindir dan saling koreksi antara pasangan calon (paslon) itu hal biasa.


"Kami ditengah-tengah. Dicubit dua kali dari kanan kiri. Ini mengasyikkan. Sebagai senior mengingatkan," katanya.


Dalam forum ini, Arjal mengapresiasi masukkan dan kritik akademisi terhadap debat capres beberapa waktu lalu. Ia menyepakati dinamikanya luar biasa walau belum sempurna.


"Kami melihat banyak dikritisi Pak Prabowo dari sisi penguasaan panggung. Pak Prabowo maju dari 2009, bukan 2004. Ini keempat kalinya bagi Ketum kami. Diminta pemimpin di Indonesia. Saya mengamati Pak Prabowo ini memiliki ambisi untuk memajukan Indonesia negeri yang bermartabat berada di kaki diri sendiri. Pak Prabowo mengatakan saya akan akan tersenyum apabila menghadap Allah jika Indonesia ini sudah maju," paparnya.


Arjal menilai Prabowo memiliki jiwa patriot yang tinggi. Dari awal sampai saat ini Prabowo menjadi Ketua Partai dan memiliki nilai demokrasi yang tinggi.


"Saya awalnya tak senang dengan sosok Pak Prabowo. Ada isu-isu miring yang pernah kita dapatkan. Saya mulai membaca sebelum masuk bagaimana sosok Pak Prabowo. Klimaksnya ketika masuk ke Pak Jokowi jadi anak buah, berarti rela bekerja demi memajukan bangsa. Kita diejek, dijogetin saja, jangan dilaporkan itu anak-anak saya. Kalau orang sakit hati tak akan mau jadi bawahannya," paparnya.


Usai melihat cuplikan video ketiga paslon dalam sesi kedua di MLC Tribun Batam, Arjal mengatakan demokrasi di Indonesia saat ini sudah baik. Kedua terkait tidak tahan dioposisi, menurutnya itu tidak tepat. Oposisi selama 15 tahun justru menunjukkan kepribadian Prabowo sabar dan rendah hati.

Lantas kenapa Prabowo memilih bergabung dengan Jokowi? Arjal menilai apa untungnya menjadi oposisi secara terus menerus, justru karena sabar. Dibarengi dengan kerjasama yang baik, Indonesia maju lebih baik apalagi dilanda Covid-19 beberapa tahun lalu.


"Ada persoalan didunia maya soal kritik. Harus hati-hati dalam mengktitik. Menyerang, menghina, mencaci maki ini yang persoalan. Aksi 212, panas terus negeri. Inilah yang dilanjutkan terus. Pak Jokowi harus berteman dengan Presiden selanjutnya," katanya.


Sejak Prabowo jadi Menhan, Indonesia jadi lebih aman dan baik. Seluruh pihak sejuk.


"Panggung debat pertama malam itu, sangat luar biasa. Diposisikan Prabowo Incombent. Kalau dikeroyok kanan kiri wajarlah. Kanan kiri nyenggol-nyenggol sana sini wajarlah," katanya.


Arjal menegaskan, PKS menolak awalnya. Namun karena sudah amanah UU, tidak boleh diragukan lagi. Apalagi ini membangun ibukota negara.


"Lebih bagus membangun 10 kota daripada 5 kota. Membangun IKN di Kalimantan adalah menyelesaikan masalah di Jakarta. Jangan dibikin masyarakat bingung," katanya. (TRIBUNBATAM.id / Roma Uly Sianturi)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved