RAMADAN

Menuju Ramadan 2024, Inilah Pengaruh Puasa terhadap Kesalehan Sosial

Prof. Dr. Ir. Chablullah Wibisono, MM, Waketum MUI Kepri, jelaskan pengaruh puasa dengan kesalehan sosial seseorang. Ia sebut ada hubungan kausalitas

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM/HENING
Foto Prof. Dr. Ir. Chablullah Wibisono, MM, Waketum MUI Kepri menjelaskan pengaruh puasa dengan kesalehan sosial 

Dalam bahasa ekonomi puasa dapat diurai dengan mengandung tiga dimensi, yaitu: dimensi fisiologi, dimensi psikologi dan dimensi spiritual.

"Dengan demikian, pendekatan yang paling dikedepankan dalam memahami puasa adalah dengan pendekatan keimanan (spiritual) untuk mencapai target taqwa," katanya.

Ditinjau dari segi teknologi modern, ditemukan bahwa penelitian modern mengungkapkan kenyataan bahwa puasa meningkatkan keimanan kepada pencipta dan puasa dapat memperpanjang usia manusia dan menghindarkannya dari sejumlah kelainan fisik dan penyakit.

Penelitian gejala puasa di laboratorium ilmiah, para ahli berpendapat bahwa puasa sebagai suatu gejala fisiologi dan bukan semata-mata suatu hasil proses iradah, puasa adalah suatu keharusan hidup dan kesehatan (Al-Fanjari, 1990: 76).

Puasa adalah mengatur perilaku dan konsumsi, mengendalikan nafsu berarti menyimpan energi spiritual yang dilakukan oleh seorang muslim mulai fajar sampai maghrib untuk mendapatkan keshalehan sosial. Jika pelaksanaan puasanya dilakukan secara tepat dan konsisten, maka berpuasa dapat meningkatkan kesalehan sosial.

Penelitian dalam kedokteran Islam (Thaha, 1983:117), terdapat aspek spiritual yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan keshalehan sosial. Mengajarkan cinta kasih antara manusia, memberikan rasa harap, kreatif, dan selalu optimis memandang hidupnya, meresapi arti dan efektifitas ibadahnya, pengabdian yang murni terbuka kepada Allah.

Selain itu, mengajarkan manusia bersabar hati, meningkatkan kewaspadaan dari nafsu jahat, mempelajari manusia cara menabung, memperbanyak amal sosial (kesalehan social) dan shadaqah.

Ia juga menjelaskan beberapa macam puasa.

1. Puasa fisiologi

Puasa yang diberi makna menahan diri dari makan, minum, dan mengeluarkan sperma dari terbit fajar hingga matahari terbenam, ini adalah puasa fisiologi yang derajatnya masuk kategori rendah, karena hanya fisiknya yang puasa dan hasilnya hanya lapar dan haus belaka.

Rasulullah SAW bersabda “ Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala dan kebersihan jiwa) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja” (HR An-NAsai).

"Dalil tersebut seharusnya menjadi warning atau peringatan dini bagi kita dalam meniti hari-hari Ramadan, agar tidak termasuk golongan yang rugi dalam arti berpuasa tanpa pahala, tanpa capaian derajat kesalehan sosial.

2. Puasa psikologi

Tingkatan shiyam atau shaum yang lebih tinggi lagi adalah: menahan diri dari, qolbu dan pikiran dari berbagai macam dosa.

Allah melengkapi potesi manusia dengan rasio, akal, qolbu, nafsu (ammarah, sopiah, muthmainnah).

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved