FEATURE

Suka Duka Kehidupan Nelayan Kelong di Bintan, 6 Bulan Hasil Tangkapan Turun Drastis

Inilah suka duka kehidupan nelayan kelong di Desa Malang Rapat Bintan. Nelayan akui saat ini hasil tangkapan mereka menurun drastis

Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Ronnye Lodo Laleng
KELONG - Kelong milik Husni, seorang nelayan di pesisir Desa Malang Rapat, Kabupaten Bintan 

Mengawasi kelong bukan persoalan mudah. Lantaran Kelong dibangun dengan harga tak murah.

Ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp120 juta lebih atau sebanding dengan satu unit mobil Daihatsu Sigra atau Daihatsu Ayla.

"Mungkin saat ini sudah lebih mahal lagi, bisa jadi Rp150 juta ke atas," ucapnya.

Mahalnya harga kelong membuat barang yang satu ini sulit dilepaskan kepada orang lain.

Banyak kasus yang terjadi, kelong hilang di tengah laut ketika dibawa oleh orang kepercayaan pemilik.

"Terkadang juga dijual di tengah laut, ke warga Singapura lah, macam-macam pokoknya," katanya.

Kondisi itu membuatnya tidak berani membangun kelong lagi. Ia belum menemukan orang yang amanah dan jujur untuk membawa kelong apung tersebut.

Husni menjelaskan, kayu menjadi bahan utama untuk membangun kelong. Untuk satu kelong apung modal kayunya bisa mencapai Rp20-30 juta.

Baca juga: Puluhan Nelayan Kelong Apung di Bintan sudah 2 Bulan Tak Melaut Gegara Angin Kencang

Belum lagi bahan lainnya, drum, mesin, jaring dan lainnya. Satu kelong apung harus memiliki sekitar 46 drum agar bisa mengapung. Selain itu jaringnya juga seluas 42 meter.

Ia berani beralih ke kelong apung daripada kelong cacak, karena kelong apung menurutnya lebih tahan lama. Diperkirakan alat tangkap ini bisa bertahan sampai lima hingga enam tahun.

Tentu dengan perawatan ekstra, seperti mengganti kayu yang lapuk dan lain sebagainya.

"Sementara kelong cacak itu, satu tahun saja bertahannya, kalau diterjang angin utara rusak itu," jelasnya.

Kelong apung berbentuk sebuah rumah panggung. Di bagian tengah terdapat pondok kecil tempat nelayan berteduh dan juga memasak bilis hasil tangkapan.

Di sekeliling pondok, terdapat kayu-kayu yang disusun membentuk lantai. Lantai itu memiliki tiang setinggi hampir dua meter ke drum di bawahnya. Drum itulah yang membuat kelong ini terapung.

Sedangkan jaring untuk menangkap ikan terdapat di bawah lantai, dengan lebar enam meter dan panjang tujuh meter.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved