LINGGA TERKINI

Lingga Tuntaskan Kasus Malaria 3 Tahun Berturut-turut, Pernah Tertinggi di Kepri

Pemkab Lingga akan menerima sertifikat bebas malaria dalam waktu dekat karena keberhasilan menangani kasus malaria 3 tahun berturut-turut

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/istimewa
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Lingga, Wirawan Trisna Putra 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Lingga akan menerima sertifikat bebas malaria dalam waktu dekat.

Pencapaian ini karena Lingga berhasil menangani penyakit akibat nyamuk Anopheles tersebut selama tiga tahun terakhir.

"Rencana kita akan menerima di bulan April (sertifikasi bebas malaria) dari Kementerian Kesehatan, saat Hari Malaria Sedunia," kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinkes Lingga, Wirawan Trisna Putra kepada TRIBUNBATAM.id, Kamis (7/3/2024).

Wirawan menerangkan, capaian bebas malaria di Kabupaten Lingga bukan hal yang mudah.

Baca juga: Kasus Malaria di Lingga NIHIL 3 Tahun Berturut Turut, Dinkes Usul Ini ke Kemenkes

Bahkan, ia mengungkapkan, Kabupaten Lingga pernah mencatat kasus penyakit Malaria tertinggi se-Kepri, pada tahun 2010 silam.

Saat ini sudah ada tenaga entomolog malaria yang tersebar di 14 puskesmas se-Kabupaten Lingga.

Ia menjelaskan, tenaga entomolog ini yakni tenaga teknis di bidang kesehatan yang melakukan pengamatan, penyelidikan, pemberantasan dan pengendalian terhadap faktor penyakit atau serangga pengganggu.

Misalnya nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan sebagainya.

"Jadi untuk di Kabupaten Lingga ini, kita sudah melatih di tahun 2023 kemarin sekitar 25 entomolog yang tersebar di seluruh Puskesmas Kabupaten Lingga," kata Wirawan.

Ia mengakui, Lingga pernah berada di zona merah pada tahun 2010 atas penyakit Malaria, dengan kasus tertinggi di antara Kabupaten/Kota lain di Kepri.

"Kalau ditambah kasus Malaria di 6 Kabupaten/Kota di Kepri itu masih kalah banyak dengan Kabupaten Lingga saat itu," ungkapnya.

"Lingga saat itu tahun 2010, merupakan puncak kasus Malaria," imbuhnya.

Seiring berjalannya waktu, dengan upaya yang dilakukan, kasus Malaria tersebut semakin berkurang hingga saat ini sudah nihil kasus Malaria, yang terakhir ditemukan pada Februari 2020.

Baca juga: Waspada Sebelum Terjangkit, Begini Cara Efektif Mencegah Penyakit Malaria

Ia memaparkan, kasus Malaria ini disebabkan oleh nyamuk Anopheles.

Di Kabupaten Lingga, khususnya Pulau Singkep lanjutnya, merupakan daerah tambang pada masanya, meninggalkan genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles sangat banyak.

"Hal itu menjadi salah satu penyebab, kasus Malaria di Kabupaten Lingga menjadi kasus tertinggi, karena banyak tempat perindukan nyamuk-nyamuk Anopheles," jelas Wirawan.

Untuk menurunkan kasus tersebut, pihaknya melakukan berbagai upaya atas pengendalian kasus Malaria ini, dengan memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk itu sendiri.

"Jadi di tempat perkembangbiakan itu, misalnya kita lakukan seperti pembersihan lumut, hingga penebaran ikan," ujarnya.

Selain itu, pihak Dinkes pun melakukan upaya pengobatan Malaria secara tuntas, untuk mencegah kambuhnya penyakit Malaria.

"Peran lintas sektor, upaya dari masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sehingga faktor penyebab kasus Malaria ini sulit berkembang di daerah kita," ucapnya.

Wirawan menjelaskan, sejak Februari 2020 terakhir ditemukan kasus malaria di wilayah Kecamatan Senayang dan Pancur, Lingga Utara.

"Jadi 2021, 2022, 2023 sudah tidak ada lagi kasus malaria di Lingga," tuturnya.

Baca juga: INFO SEHAT Mengenal Penyakit dan Gejala Malaria Serta Tips Pencegahan Sejak Dini

Dinkes Lingga telah mengajukan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada September 2023, untuk dilakukan penilaian bahwa Lingga sudah layak dilakukan eleminasi malaria.

Ia mengatakan, salah satu syarat untuk diajukan eleminasi atau bebas malaria yakni tidak ada kasus malaria secara tiga tahun berturut-turut.

"Dan Kabupaten Lingga sudah layak untuk diberi penilaian," katanya.

Wirawan mengonfirmasi, dampak yang paling sering disebabkan malaria ini bisa menyebabkan kematian.

Namun ada juga yang bisa menggangu sistem otak seseorang.

"Intinya semua umur biasa terkena malaria mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa," tambahnya. (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Baca juga berita Tribunbatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved