LIMBAH MINYAK HITAM DI BINTAN
Nelayan Bintan Keluhkan Limbah Cemari Pantai Sakera, Burhan Sepekan Absen Melaut
Keberadaan limbah di Bintan yang mencemari Pantai Sakera buat nelayan lokal 'menjerit'. Ada yang sepekan absen melaut dan beralih profesi.
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Septyan Mulia Rohman
TRIBUNBATAM.id, BINTAN - Nelayan di Tanjunguban, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri mengeluhkan keberadaan limbah minyak hitam dekat tematnya biasa mencari ikan.
Keluhan itu datang dari seorang nelayan bernama Madi.
Pria 39 tahun itu mengaku dengan adanya pencemaran itu membuat pendapatan mereka turun drastis.
Tak tanggung-tanggung, penurunan hasil tangkap ikan mencapai 50 persen.
"Bahkan banyak nelayan yang tidak mendapatkan apa-apa selama melaut seminggu belakangan ini," ucap Madi, Kamis (14/3/2024).
Biasanya, para nelayan meraup keuntungan Rp 200 ribu sehari.
Semenjak ada pencemaran itu, mereka hanya mendapatkan Rp 100 ribu, terkadang Rp 50 ribu saja.
Ia menuturkan sejak kejadian itu, banyak ikan mati dan mengambang.
Sehingga menimbulkan bau tak sedap di sekitar pesisir laut.
"Biasanya air laut berwarna biru, namun sejak satu Minggu ini berubah jadi hitam," jelasnya.
Hal yang sama juga disampaikan nelayan Bintan lainnya, Burhan.
Baca juga: Otak Pembuang Limbah di Bintan Ternyata Caleg, Polisi Tangguhkan Penahanan
Dia mengaku sudah sepekan ini absen tak melaut.
"Percuma saja melaut toh ujung-ujungnya tak dapat ikan juga," kata Burhan.
Untuk bertahan hidup dia mengaku menjual takjil di pasar yang tidak jauh dari rumahnya.
"Untuk sementara beralih profesi dulu. Sambil menunggu air laut tidak tercemar lagi," akunya.
Dia sangat berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan dan Pemprov Kepri untuk segera menangani soal limbah di Bintan tersebut.
"Kami ingin laut bersih, agar pekerjaan kami bisa berjalan baik," harap Burhan.(TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.