Menilik Usaha Tradisional Warga Resang Lingga Bikin Sagu Ubi yang Sudah Turun Temurun

Warga Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri masih meneruskan usaha tradisional membuat sagu ubi di gubuk kayu

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
Menilik Usaha Tradisional Warga Resang Lingga Bikin Sagu Ubi yang Sudah Turun Temurun - Usaha-sagu-ubi-Lingga.jpg
Tribunbatam.id/Febriyuanda
USAHA TRADISIONAL - Usaha Tradisional warga Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri membuat sagu ubi, dalam proses giling.
Menilik Usaha Tradisional Warga Resang Lingga Bikin Sagu Ubi yang Sudah Turun Temurun - Usaha-sagu-ubi-Resang-Lingga.jpg
Tribunbatam.id/Febriyuanda
LINGGANG SAGU UBI - Proses melinggang yang dilakukan warga di Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri dalam pembuatan sagu ubi
Menilik Usaha Tradisional Warga Resang Lingga Bikin Sagu Ubi yang Sudah Turun Temurun - Usaha-tradisional-sagu-ubi-desa-Resang.jpg
Tribunbatam.id/Febriyuanda
PEMBUATAN SAGU UBI - Proses mengayak yang dilakukan warga di Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri dalam pembuatan sagu ubi
Menilik Usaha Tradisional Warga Resang Lingga Bikin Sagu Ubi yang Sudah Turun Temurun - Usaha-tradisional-Sagu-Ubi-di-Desa-Resang-Lingga.jpg
Tribunbatam.id/Febriyuanda
GUBUK KAYU - Tempat usaha tradisional sagu ubi warga Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri

TRIBUNBATAM.id, LINGGA - Desa Resang, wilayah ujung paling Selatan di Pulau Singkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyimpan banyak sisi menarik di dalamnya.

Salah satunya usaha pengolahan makanan sagu ubi yang masih sangat tradisional, dilakukan sejumlah wanita di Dusun Nampak, Desa Resang.

Mereka bekerja di sebuah gubuk kayu, yang terletak di perkebunan tak jauh dari pemukiman warga setempat.

Saat ditemui Tribunbatam.id, ibu-ibu ini tampak sibuk melakukan proses linggang yang dilakukan di atas tikar terbuat dari daun pandan atau mereka sebut daun jakas.

Baca juga: Sekolah Ikut Bangga, Kamsul Sudirman Siswa Lingga Masuk Tim Voli Kepri di Pra Popnas

Pada proses linggang ini, di mana ubi yang sudah dihaluskan dan ditumbuk, dicecah atau 'dikacau',  menggunakan tangan di atas tikar daun, kemudian diayak hingga lebih halus.

Proses ini bisa memakan waktu kurang lebih 30 menit.

"Enam kali linggang dan tiga kali ayak," ungkap Ramlah (35), salah satu wanita yang bekerja saat itu, Rabu (30/10/2024).

Dalam proses membuat ubi menjadi sagu ini, bisa memakan waktu setidaknya selama empat hari.

Dimulai dari ubi yang panen atau dibeli dikumpulkan, dikupas kulitnya, lalu dipotong kecil kemudian dicuci dan direndam selama tiga malam.

Setelah direndam tiga malam, ubi tersebut dihaluskan menggunakan penumbuk atau lesung kayu tradisional, hingga sampailah kepada proses melinggang.

"Setelah linggang baru digoreng selama tiga jam dijadikan sagu, baru jual. Jual di kampung-kampung aja, sama warga sekitar," ungkap Ramlah.

Dalam menggoreng ubi ini pun, mereka menggunakan sebuah tungku lama, yang dimasak dengan kayu bakar.

"Kalau kayu bakar didapatkan kami kumpulkan di hutan-hutan sini lah," ujar pekerja lain, Maisum (65).

Mereka pun menyebutkan, usaha ini telah berlangsung selama puluhan tahun.

Baca juga: Tarian Zapin Jadi Warisan Budaya, SMPN 1 Singkep Lingga Lestarikan Lewat Gelar Karya

"Tak terhitung tahunnya, pokoknya dari zaman Presiden Soeharto usaha ini sudah dikerjakan, dari datok nenek kami, usaha turun temurun. Jadi tanah kami di atas bukit itu tanam ubi semua," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved