PENYANIAYAAN ANAK DI KUANSING

Hasil Autopsi Bayi 2 Tahun Korban Penganiayaan Pengasuh di Kuansing Riau, Pendarahan di Otak

Hasil autopsi balita 2 tahun berinisial ZR yang tewas dianiaya pengasuhnya di Kuantan Singingi, Riau.

Editor: Khistian Tauqid
TribunPekanbaru.com/Guruh Budi Wibowo
PENGASUH ANIAYA BALITA - Kapolres Kuansing AKBP Angga F Herlambang menggelar konferensi pers terkait penganiayaan pengasuh anak perempuan berusia 2 tahun di Mapolres Kuansing, Sabtu (14/6/2025). 

TRIBUNBATAM.id - Berikut ini adalah hasil autopsi balita 2 tahun berinisial ZR yang tewas dianiaya pengasuhnya di Kuantan Singingi, Riau.

Korban ZR dianiaya hingga tewas oleh pengasuhnya Yogi Pratiwi alias Wiji (25) dan suaminya Alpino Yoki Saputra (29).

Kedua polisi kini sudah ditetapkan menjadi tersangka kasus penganiayaan berujung pembunuhan balita berusia dua tahun.

Tim Forensik Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Riau juga sudah melakukan autopsi jenazah bocah berusia dua tahun itu.

Berdasarkan autopsi, korban mengalami pendarahan di otak akibat kekerasan tumpul.

Kasubbid Dokpol Dokkes Polda Riau, AKBP Supriyanto, mengonfirmasi hasil autopsi jenazah balita korban kekerasan tersebut.

Selain itu, AKBP Supriyanto juga menjelaskan bahwa hasil autopsi menepis skenario kecelakaan yang sempat dilaporkan sebelumnya.

Mengingat kedua pelaku sempat melakukan skenario kecelakaan lalu lintas agar menutupi perbuatannya terhadap ZR.

"Kami menyimpulkan bahwa luka yang dialami korban adalah bentuk kekerasan penganiayaan. Luka di kepala yang menyebabkan pendarahan otak adalah indikasi kuat kekerasan tumpul," tegasnya, Senin (16/6/2025).

AKBP Supriyanto juga mengungkap pola dan jenis luka yang tersebar di sekujur tubuh ZR.

Mulai dari kepala, dada, lengan, hingga kaki, sangat tidak sesuai dengan ciri-ciri luka akibat kecelakaan seperti yang disebut kedua pelaku.

Selain itu, tim forensik menemukan adanya luka baru dan luka lama yang sudah dalam proses penyembuhan. 

Hal ini mengindikasikan bahwa korban telah mengalami penganiayaan secara berulang kali dalam rentang waktu yang berbeda.

“Kami menemukan adanya beberapa luka yang cenderung bukan karena kecelakaan. Karena distribusi pola luka itu berbeda,” ungkap Supriyanto.

"Dari pola sisi luka itu, kami menyimpulkan bukan akibat suatu proses kecelakaan. Luka itu terjadi bukan dalam satu waktu, dan ada gradasi warna serta penyembuhan yang berbeda," tambah dia lagi.

Baca juga: Kisah Pilu Indah Ibu di Kuansing, Anaknya Tewas Dianiaya Pengasuh dan Ayah Korban Tak Ada Kabar

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved