PERSPEKTIF
Merajut Ukhuwah Dalam Bingkai Dakwah
Remaja Masjid Hidayatul Akbar di Batam bicara merajut Ukhuwah melalui Bingkai Dakwah. Makna Surat Al Ashr pun patut untuk direnungkan.
Merajut Ukhuwah Dalam Bingkai Dakwah
oleh: Muhammad Ikhsan Syaputra, Remaja Masjid Hidayatul Akbar
Perumahan Griya Batu Aji Asri Tahap 5, Kelurahan Sungai Langkai, Kecamatan Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau
Di tengah kehidupan yang semakin padat dan serba cepat, waktu sering kali terasa melaju tanpa jeda.
Hari hari datang dan pergi silih berganti, hingga kadang kita lupa untuk berhenti sejenak dan bertanya dalam hati.
Apa sebenarnya yang sedang kita kejar? Dan untuk apa semua ini kita jalani?
Di tengah kesibukan dunia, Allah menghadirkan sebuah surat yang singkat namun sangat dalam maknanya, Surat Al Ashr.
Dalam tiga ayat itu, Allah menegaskan bahwa seluruh manusia berada dalam keadaan merugi, kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.
Salah satu poin penting yang sering terabaikan dalam ayat ini adalah tawasi bil haqq, yaitu saling menasihati dalam kebenaran.
Ini bukan sekadar tentang menegur atau mengoreksi.
Ia jauh lebih dalam dari itu.
Tawasi bilhaqq adalah bentuk kasih sayang.
Ia tumbuh dari kepedulian yang tulus bahwa kita tidak rela melihat orang yang kita cintai berjalan menuju arah yang salah tanpa peringatan.
Tawasi bil haqq adalah bentuk cinta yang peduli; cinta yang tidak diam ketika saudara kita berada di tepi jurang.
Kata "tawasi" sendiri mengandung makna saling.
Artinya, menasihati bukanlah hak satu pihak saja.
Kita bukan hanya dituntut untuk menyampaikan kebenaran, tetapi juga diajak untuk siap menerima nasihat dari orang lain.
Ini adalah latihan keimanan dan kerendahan hati, karena dalam perjalanan ini tidak ada yang benar benar sempurna. Kita semua saling membutuhkan untuk terus berjalan di jalan yang lurus.
Namun, realita sering kali berkata lain.
Banyak dari kita yang lebih cepat menilai dan mengkritik daripada memahami. Kita terburu buru menasihati, namun enggan menerima nasihat.
Tidak jarang, niat baik berubah menjadi amarah, nasihat yang semestinya menyelamatkan, justru melukai.
Padahal bukan itu yang Allah maksudkan.
Allah menghendaki kita saling mengingatkan dalam kebaikan, bukan saling menyudutkan.
Menyampaikan kebenaran bukanlah ajang pembuktian siapa yang paling benar, tapi wujud kasih yang ingin menyelamatkan sesama.
Dalam dakwah, ukhuwah sesama kaum muslimin adalah fondasi yang tidak boleh rapuh.
Kita tidak bisa berjuang sendirian.
Setiap langkah butuh teman seperjalanan yang bisa saling menguatkan, saling mengingatkan, dan saling menopang.
Berangkat dari perjalanan hijrah Rasulullah ﷺ ketika menjejakkan kaki ke Madinah, langkah pertama yang beliau ambil bukanlah membentuk sistem kekuasaan.
Tetapi mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
Karena Beliau tahu, dakwah hanya akan kuat jika dibangun di atas ukhuwah yang kokoh.
Namun ukhuwah bukan sesuatu yang bisa dibiarkan tumbuh sendiri.
Ia butuh dipelihara dengan sabar dan keikhlasan.
Betapa banyak hubungan persaudaraan yang rusak hanya karena perbedaan kecil.
Padahal jika hati kita sama sama tulus ingin mencari ridha Allah, mengapa kita harus saling menjauh?
Di sinilah tawasi bil haqq menjadi jembatan yang mempertemukan hati hati yang mungkin sempat renggang.
Ia hadir untuk menyatukan kembali arah langkah dan tujuan kita: bukan untuk menang sendiri, tetapi agar kita bisa sampai bersama.
Tawasi bil haqq juga mengajarkan bahwa menyampaikan kebenaran butuh kelembutan.
Kebenaran tidak harus disampaikan dengan nada tinggi atau wajah marah.
Justru jika kita ingin kebenaran itu sampai ke hati, maka ia harus dibawa dengan kehangatan.
Sebab tidak semua orang butuh dijelaskan, kadang mereka hanya butuh dipeluk dan dipahami.
Sampaikan kebenaran dengan hati yang bersih, dengan niat yang jujur, dan biarkan Allah yang melembutkan hatinya.
Kita harus sadari bahwa kebenaran dalam Islam bukan milik segelintir orang atau kelompok.
Kebenaran adalah milik Allah.
Maka ketika kita saling menasihati dalam kebenaran, kita sedang bersama sama menapaki jalan menuju Ridho-Nya.
Tidak ada tempat bagi rasa tinggi hati atau merasa paling benar.
Kita semua dalam proses belajar. Kita sama sama mencari keselamatan, sama-sama ingin selamat kelak hingga akhir perjalanan menuju surga
Pada akhirnya, kita harus sadar bahwa hidup ini tidak lama.
Waktu terus berjalan, dan dunia tidak akan menunggu.
Jangan sampai kita terlalu sibuk mengejar hal hal dunia, namun melupakan kewajiban kita untuk saling mengingatkan.
Kita butuh orang orang yang mengingatkan kita dengan tulus, bukan karena merasa lebih baik, tapi karena benar benar peduli.
Kita ingin seluruh saudara kita ikut berjalan bersama menuju satu tujuan yang mulia bernama surga.
Maka mari kita rawat ukhuwah dalam dakwah.
Rangkul, jangan menjauh. Bangun hubungan yang dibalut dengan kasih sayang dan rasa aman, bukan justru dengan kemarahan.
Karena dengan ukhuwah yang tulus dan tawasi bil haqq yang ikhlas, kita akan mampu melewati segala ujian dakwah bersama.
Kita akan lebih kuat, lebih tenang, dan lebih siap menghadapi kehidupan.
Dan ingatlah, dakwah bukan semata soal berdiri di atas mimbar atau bicara di depan banyak orang.
Dakwah juga soal mendengar, memahami, dan membimbing dengan cinta.
Cinta sejati adalah cinta yang tidak membiarkan seseorang tersesat, tetapi menemani mereka kembali kepada Allah. (*)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News
| Bangun Damai, Redakan Konflik |
|
|---|
| Perdamaian Tak Buta Gender: Mencari Jalan Tengah atas Diskriminasi terhadap Perempuan di Indonesia |
|
|---|
| Berteman dalam Perbedaan: Pelajaran Toleransi Sejak Usia Dini |
|
|---|
| Desentralisasi dan Otonomi: Sebuah Mimpi Daerah untuk Lebih Mandiri |
|
|---|
| Belum Lima Detik, Antara Mitos dan Fakta Kesehatan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.