Batam Terkini

Pemotongan Lahan Emirates Residen Tiban, Developer Pamerkan Izin, Warga Keluhkan Dampak Lingkungan

Pantauan Tribunbatam.id, jalan di sekitar lokasi proyek dipenuhi debu tebal pada siang hari, sementara di pagi hari, terutama saat jam sibuk,

Editor: Eko Setiawan
Ucik Suwaibah/Tribun Batam
Proyek Perumahan Emirates Residence di Tiban Indah, Sekupang, Kota Batam 

TRIBUNBATAM.id, BATAM – Proyek pemotongan lahan perumahan Emirates Residen di Tiban Indah, Sekupang, Batam, terus menuai keluhan warga. Hingga Rabu (13/8/2025) malam, aktivitas truk pengangkut tanah masih hilir mudik di lokasi, mengangkut material tanpa henti.

Pantauan Tribunbatam.id, jalan di sekitar lokasi proyek dipenuhi debu tebal pada siang hari, sementara di pagi hari, terutama saat jam sibuk, kondisi berubah menjadi berlumpur dan licin.

Situasi ini semakin mengkhawatirkan karena tepat di sebelahnya terdapat SMP Negeri 25 Batam, yang setiap pagi ramai oleh pelajar.

“Debunya sudah berhari-hari begini, bikin sesak. Lumpur di pagi hari juga bahaya buat anak sekolah,” keluh salah satu warga.

Yang membuat warga semakin geram, proyek ini seolah tak memperhatikan dampak lingkungan. Jalan memang sesekali dibersihkan, tapi hanya pada siang hari saat sebagian besar warga sedang beraktivitas di luar rumah.

Sejumlah warga juga mengaku tak pernah menerima kompensasi atas dampak yang ditimbulkan. Mereka bahkan sudah tidak mau lagi mempersoalkan soal izin proyek.

“Saya tidak peduli lagi dengan izin mereka. Warga di sini terdampak debu dan bisa sakit-sakitan. Kalau soal izin terserah, yang penting kapan selesainya aktivitas ini,” tegas Rhovy, salah satu warga.

Hingga kini, proyek pemotongan lahan Emirates Residen belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, sementara warga hanya bisa berharap aktivitas yang mengganggu kesehatan dan keselamatan itu segera dihentikan.

Tanggapan Developer

Menanggapi hal tersebut, General Manager Astaka Land, Susanto Theodolite, mengatakan pihaknya juga telah melakukan upaya untuk mengurangi debu di jalan.

"Upaya kami tentu selalu ada. Misalnya, saat panas kami siram, dan ada petugas yang bersihkan atau sapuin jalan dan itu kami lakukan," ujar Santo sapaan akrabnya saat dikonfirmasi Tribun Batam, Senin (11/8/2025).

Truk pengangkut tanah juga beroperasi malam hari untuk menghindari kepadatan lalu lintas, terutama saat jam sekolah.

"Jam operasi kami lakukan di malam hari, hal tersebut karena siang terlalu ramai ada siswa siswi sekolah, dan malam pada umumnya kami mulai kerja jam 18.00 WIB, kecuali hari selasa dan jumat (Ramai pedagang kaki lima), kami mulai jam 20.00 WIB," bebernya.

Dalam keterangannya proyek ini masih akan berlangsung sekitar 12 bulan. 

Ia mengaku juga memperhatikan keluhan soal debu dan lumpur, namun juga melihat faktor lain di lapangan.

"Keluhan mengenai lumpur dan debu sangat kami perhatikan. Permasalahan juga karena banyaknya pedagang kaki lima yang posisinya sampai ke jalan dan berisiko," tuturnya.

Mengenai kompensasi, ia menuturkan tidak ada program khusus dari pihak developer

"Untuk kompensasi tidak ada dari kami, karena hal tsb sangat subjektif. Lagi pula Batam kan kota yang masih membangun di segala lini," katanya.

Santo menambahkan seluruh izin proyek telah dimiliki, mulai dari Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), izin cut & fill, hingga izin jalan dari kepolisian dan Dinas Perhubungan. 

Hingga kini, sekitar 20 rumah di Emirates Residence sudah ditempati.

"Kami berusaha agar lingkungan terjaga dengan baik. Namun, kalau namanya proyek pasti akan ada dampaknya," terangnya.

Diberitakan sebelumnya, para PKL mengaku resah akibat proyek pemotongan lahan Emirates Residence yang menimbulkan debu dan lumpur di jalan.

Selain mengotori udara, keberadaan truk-truk raksasa ini juga membuat jalan semakin sempit. 

Kendaraan lain terpaksa mengalah setiap kali truk pembawa tanah melintas.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved