TRIBUNBATAM.id, BATAM – Seperti kisah atlantis yang hilang, pesona Pulau Buntal di Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, menjadi daya tarik tersendiri.
Pulau seluas dua hektar ini sempat menjadi polemik sejak tahun 2002 silam.
Penyebabnya tak lain adalah aktifitas penambangan pasir ilegal di sekitar pulau.
Menurut salah satu nelayan, Ari, pulau itu kini tinggal cerita masa lalu belaka.
“Habis dikerok. Sekarang tinggal sisanya saja, sekitar puluhan meter. Semuanya (daratan) telah amblas,” jelasnya kepada Tribun.
• Akibat Penambangan Pasir Laut, Pulau Buntal Batam Seluas 2 Hektar Kini Hanya Tersisa 50 Meter
• Soal Tambang Pasir Ilegal di Pulau Buntal Batam, Walikota: Rudi Tak Pernah Tandatangan
• Pulau Buntal Nyaris Tenggelam Akibat Aktivitas Penambangan Pasir, Walikota Batam Mengaku Tidak Tahu
Ia juga menambahkan, akibat aktifitas itu, dirinya bersama nelayan lain merasa terganggu.
Bukan tanpa sebab, penambangan pasir ilegal tadi menyebabkan ekosistem laut di sekitar rusak.
“Lumpurnya naik, ikan lari. Logikanya, rumah dirusak, pasti kita cari rumah baru? Seperti itu juga ikan,” ungkapnya.
Ia juga menuturkan, hal ini belum termasuk tanaman bakau di sekitar yang juga ikut rusak akibat ulah oknum tak bertanggungjawab.
Hal ini pun dibenarkan oleh Lurah Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Badri, Senin (5/8/2019) siang.
Tak ingin berspekulasi, Badri hanya membenarkan pulau itu hampir hilang akibat aktifitas penambangan pasir ilegal.
“Memang benar. Tambang pasir itu bukan hal baru, di sana (Pulau Buntal) sudah sejak lama bermasalah,” jelasnya saat ditemui.
Ia mengakui, hingga kini pihaknya masih belum mengetahui siapa orang dibalik layar penambangan pasir di Pulau Buntal, Kota Batam.
Selain itu, ia juga menyampaikan, sisa lahan Pulau Buntal sendiri kini tinggal 50 meter persegi, dan akan segera dijadikan sebagai tempat wisata kuliner sekaligus budidaya tanaman mangrove.
• Vanessa Angel Blak-blakan Sudah Tidur dengan 48 Orang, Begini Pengakuannya
• Jakarta Masih Mati Listrik hingga Senin Sore, Cek Info Pemadaman
• Ramalan Zodiak Selasa 6 Agustus 2019: Libra Butuh Istirahat Sejenak, Scorpio Bakal Tebar Keceriaan
“Ke depan, menurut salah satu pengelola, pulau itu akan dijadikan semacam pasar apung. Ya kita tunggu saja,” ucapnya lagi.
Badri pun berharap, aktifitas penambangan pasir ini dapat menjadi perhatian lebih pemerintah Kota Batam.
Sebab, di beberapa titik menurutnya, aktifitas ini masih tetap berjalan.
Sebelumnya, selain proyek reklamasi, Kota Batam tak terlepas dari beberapa proyek lainnya.
Salah satunya merupakan tambang pasir laut.
Hal ini diakui oleh salah satu nelayan Kampung Kelembak, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Ari.
Kepada Tribun, Ari kembali bercerita mengenai proyek ‘seksi’ ini.
Menurutnya, aktifitas penambangan pasir laut kerap terjadi di Kota Batam.
“Tentu ada dampak. Dulu Pulau Buntal yang habis dikerok pasirnya,” ucapnya memulai cerita, Minggu (4/8/2019).
Pulau Buntal baginya merupakan cerminan nyata dampak dari aktifitas tambang pasir laut di Batam.
Namun Ari enggan berkomentar terkait tujuan dari aktifitas tambang pasir ini.
“Saya tak ingin berkomentar mengenai itu, yang jelas pernah ribut terkait aktifitas itu (tambang pasir) di tahun 2010 lalu,” ungkapnya.
Darinya diketahui pula, Pulau Buntal terletak di sekitar perairan Sungai Nyang, Kecamatan Nongsa, Kota Batam.
Akibat aktifitas tambang pasir terus dilakukan, kini Pulau Buntal pun tinggal cerita dari mulut ke mulut.
Ari menyebut, Pulau Buntal hanya tersisa sekitar 50 meter disertai pepohonan rindang di sekitarnya.
“Lihat saja itu,” ucapnya sambil menunjuk daratan kecil di sekitar sungai sambil terus melanjutkan cerita.
Pantauan Tribun, beberapa pohon pun tampak dalam kondisi ‘mati’.
Selain itu, kini sisa Pulau Buntal telah ditancapi beberapa tiang dengan bendera berwarna kuning.
Menurut Ari, ini dilakukan untuk melindungi sisa pulau itu dari pantauan para pengusaha ‘nakal’.
“Rencananya akan dijadikan obyek wisata ke depannya,” terangnya lagi. (tribunbatam.id/dipanusantara)