NEW NORMAL DI BATAM

Tokoh Masyarakat Pulau Buluh Dukung Rencana New Normal, 'Pemerintah Jangan Sampai Lepas Kontrol'

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tokoh masyarakat Pulau Buluh, Rahmat Hidayat. Ia mendukung rencana pemerintah menerapkan New Normal, selama pemerintah benar-benar memperhatikan warganya.

Untuk menggunakan transportasi laut ini, per orangnya dikenakan biaya Rp 15 ribu.

"Bahkan untuk beli minyak pun kadang tidak dapat satu hari. Ini sudah lebih dari dua bulan kami kesulitan mendapatkan uang," ucap seorang penambang boat pancung, Musdi, Rabu (3/6/2020).

Wakil Ketua penambang boat pancung di Pelabuhan Sagulung ini menceritakan, sudah lebih dari dua bulan warga Pulau Buluh lebih memilih berada di rumah mereka daripada pergi ke Kota Batam.

Sejak pandemi virus Corona, warga Pulau buluh juga tidak mau menerima tamu dari luar.

Sebelum wabah virus Corona, Musdi mengaku bisa mengantongi uang antara Rp 100 sampai Rp 150 ribu per hari. Angka ini bisa semakin bertambah ketika ada yang mencarter boat pancung para penambang.

Musdi juga menceritakan sebelum musim virus Corona aktifitas di Pelabuhan rakyat Sagulung jarang sepi."Ya kalau sekarang bisa kita lihat sendiri kadang satu jam belum tentu ada penumpang," kata Musdi

"Paling yang ke luar dari pulau itu perwakilan saja, kalau ada yang harus dibeli dari Batam. Mayoritas penambang ini rata-rata warga Pulau Buluh. Jujur kami khawatir juga kalau ada pendatang ke Pulau Buluh. Khawatir bawa membawa virus Corona," sebutnya.

Saat ini, anggota penambang boat pancung khusus di Pelabuhan Sagulung ke Pulau Buluh sebanyak 73 kapal.

"Kalau yang aktif sebanyak 50 boat pancung. Setiap hari kami menunggu penumpang di pelabuhan ini. Jadi bisa bayangkanlah, 50 boat pancung, sementara penumpang tidak ada," ujarnya.

Terkait Penumpang Bawa Surat Kesehatan Palsu ke Karimun, Ini Syarat & Tarif Urus Suket di Puskesmas

Prediksi BMKG, Hujan Disertai Petir Masih Berpotensi Terjadi di Kota Batam

Penambang boat pancung lainnya, Ameng mengatakan kehidupan penambang boat pancung di Pelabuhan Sangulung saat ini sangat sakit.

Pernah dalam satu hari, ia sama sekali tidak mendapat sewa karena sepinya penumpang yang menggunakan jasanya.

"Kadang kami hanya bakar minyak. Warga tidak berani keluar dari pulau, takut pulang-pulang bawa virus Corona. Ya beginilah setiap hari, nongkrong di pelabuhan. Kadang dari pagi sampai sore tidak ada penumpang," keluh Ameng.

Yang paling mirisnya kata Ameng, satu orang sewa pun tetap harus diantar sementara ongkos tetap sama Rp 15 ribu.

Dia berharap wabah Covid-19 ini cepat berlalu agar penghasilan penambang boat pancung di Pelabuhan Sagulung kembali normal.

"Kami kasihan juga kalau penumpang menunggu lama. Apalagi sampai berjam -jam. Jadi tetap kami antar meski minyak tak nutup," ungkapnya.(TribunBatam.id/Ian Sitanggang)

Berita Terkini