“Sebagai persiapan awal untuk memastikan kelancaran distribusi vaksin Covid-19 kepada masyarakat di negara ini ketika persediaan sudah didapat, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Program Imunisasi Covid-19 Nasional,” ujarnya.
Menyikapi kabar itu, pengguna Twitter lain @IbrahimMatlsa juga melayangkan protesnya.
Dalam utasnya, dia membagikan artikel Bernama yang memberitakan pemerintah Malaysia baru meluluskan vaksin Covid-19 buatan Pfizer.
Ia mengaku heran, mengapa Malaysia baru akan meluluskan vaksin Covid-19 padahal di Indonesia dan Singapura lebih dulu mendistribusikannya.
"Coba kalian bayangkan dalam vaksin Covid-19 sudah sampai di Singapura dan pekan ini sudah sampai juga ke Indonesia. Tapi, Malaysia baru akan meluluskan?" ujar @IbrahimMatlsa.
"Kegilaan apa Malaysia ini, entahlah! Menteri pun gila sudah," imbuhnya, Jumat (8/1/2021).
Klarifikasi pemerintah Malaysia
Lantas mengapa pemerintah Malaysia lebih lamban menyediakan vaksin Covid-19 dibanding Indonesia dan Singapura?
Diungkapkan oleh Menteri Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi Malaysia, Khairy Jamaluddin menegaskan, Malaysia masih dalam jadwal yang sesuai untuk menerima pasokan vaksin Covid-19 yakin pada Februari 2021.
Khairy Jamaluddin pun mengklarifikasi pertanyaan mengapa pemerintah Malaysia lebih lama mendatangkan vaksin Covid-19.
"Banyak yang mempersoalkan tentang terlambatnya Malaysia dalam memperoleh vaksin, terutama apabila melihat negara-negara tetangga telah mulai menerima vaksin Covid-19," ujar Khairy di Kuala Lumpur, Jumat, (15/1/2021).
Ia pun mengucapkan selamat kepada negara tetangga, yaitu Indonesia dan Singapura, yang telah memulai proses vaksinasi kepada rakyat mereka.
Baca juga: Wacana Menkes: Penerima Vaksin Covid-19 dapat Sertifikat yang Bisa Dijadikan Syarat Bepergian
"Tetapi, saya juga ingin menjelaskan beberapa perkara, terutama kepada mereka yang mencoba membandingkan Malaysia dengan dua negara tetangga ini," katanya.
Singapura, ujar dia, memberikan uang muka yang besar kepada calon-calon pemberi vaksin. Negara tersebut, kata ia, telah menyediakan peruntukan sebanyak 1 miliar dolar Singapura untuk menyediakan vaksin kepada rakyat mereka.
Malaysia menyediakan peruntukan yang hampir sama, tetapi untuk populasi lima kali lebih besar.
"Dengan kata lain, Singapura telah mengesahkan perjanjian pembelian awal vaksin Covid-19 pada harga premium sebelum data ujian klinis dikeluarkan," katanya.
Sementara Indonesia, negara pertama yang meluluskan penggunaan vaksin Sinovac, jelas dia, telah menerima vaksin tersebut lebih awal karena mereka menjadi lokasi uji klinis fase ketiga bagi vaksin tersebut.
"Ini bermakna, proses pendaftaran dan kelulusan vaksin tersebut menjadi lebih pantas," katanya.
Jadi, tidak heran Sinovac akan mengutamakan negara-negara yang menjalankan ujian klinis bagi vaksin keluaran mereka.
"Kenapa Malaysia tidak menjadi lokasi uji klinis bagi vaksin Sinovac? Ujian klinis vaksin Sinovac mulai pada tahun lalu dan saat Malaysia menawarkan kepada pihak Sinovac untuk menjadi lokasi ujian klinis, jumlah kasus positif dan kadar penularan di Malaysia adalah sangat rendah," katanya.
Ketua Komite Khusus Jaminan Akses Pasokan Vaksin Covid-19 (JKJAV) tersebut mengatakan, Malaysia telah berunding dengan Pfizer pada November 2020.
"Apabila diterima kelak, Malaysia sebenarnya masih menjadi antara negara terawal di Asia Pasifik yang mendapat akses kepada vaksin Covid-19," katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penerima Vaksin Covid 19 Tetap Bisa Tularkan Virus Corona, Mengapa?"