Haji Slamet meyakini, walau hasil kelongnya hari ini tak banyak namun rezeki setiap telah diatur yang maha kuasa.
Haji Slamet mengaku hari ini tangkapan kelongnya menurun, namum hari kemarin ia mendapat sebanyak 17 kg.
Setelah melakukan transaksi jual beli, pengepul ikan Dingkis, pak Win langsung berpamitan untuk mencari kelong ikan lainnya.
Pengepul akan mengumpulkan ikan dingkis sebanyak mungkin agar dapat dikirim ke Singapura untuk dijual.
"Hari ini baru dua box bang. Baru sekitar puluhan kilo. Kita kumpulin dulu biar bisa dikirim," kata Win sapaan akrab pak Win.
Pak Win merupakan warga Pulau Kasu, ia dibesarkan dan menetap di pulau itu.
Pekerjaan sebagai seorang pengepul Ikan Dingkis di setiap momen perayaan hari Imlek telah dilaluinya bertahun tahun, bahkan sejak ia masih remaja.
Mengepul ikan Dingkis di hari raya Imlek menjadi suatu momen yang dinanti nanti oleh dirinya.
Karena pada saat itulah ia bersama beberapa nelayan dan pengepul ikan dapat memperbaharui nasib.
"Maka untuk itu, semua nelayan yang ada di Batam, khususnya di Kepri pasti berburu Dingkis si "harta karun".
"Inilah momen bagi kami nelayan dan pengepul untuk mengubah nasib, sebab momen ini hanya datang setahun sekali. Jadi 3 hari sebelum Imlek kami akan berupaya ekstra memburu Dingkis," katanya.
Setiap momen hari raya Imlek pak Win dapat mengumpulkan ikan Dingkis ratusan kilo hingga hitungan ton untuk dikirim ke Singapura.
Bahkan kata dia, pengalaman tahun sebelumnya dari hasil tangkapan ikan Dingkis dapat membuatnya mengubah kondisi ekonomi yang kian sulit.
Harga ikan Dingkis yang ia beli dari nelayan pemilik kelong bervariasi.
"Kalau dari h-4 harganya masih Rp 300.000, namun H-3 sudah Rp 350.000. Kemarin saya membeli dari kelong Rp 400.000 dan hari ini Rp 500.000. Kalau saya jual ke Singapura per kilonya sekitar 50 dolar atau sekitar 700 ribu," ungkapnya.
Ikan Dingkis yang berhasil dikumpulkan akan dikirim ke Singapura melalui pemeriksaan bea cukai Belakang Padang. (Tribunbatam.id/bereslumbantobing)