Pembuatan mesin cetak paving block ini, diakuinya bermula dari rasa prihatinnya dengan kondisi lingkungan yang menurutnya telah rusak oleh sampah.
Baca juga: Revitalisasi TPA Belakang Padang Dimulai, 160 Ton Sampah Dipindah ke Telaga Punggur
Baca juga: Ulah Oknum Buang Sampah Elekronik Sembarangan Buat Warga Central Park Residence Kesal
Terutama sampah plastik yang dengan mudahnya ditemukan di sekeliling lingkungan, terutama di sekitar laut tempat ia tinggal.
"Kebetulan alat-alat yang saya pakai dari barang bekas dan mudah dijumpai di kehidupan sehari-hari, sehingga minim biaya.
Saya lihat sampah ini seolah semakin tidak dipedulikan oleh masyarakat pada umumnya.
Saya berpikir, paling tidak dari diri sendiri saya berusaha untuk mengurangi meskipun sulit untuk menghilangkannya," ujarnya.
Untuk pemilahan jenis sampah, ia dibantu istrinya, Siti Aminah.
Dengan masih berbekal satu mesin, suami dari Siti Aminah ini menyebutkan hanya mampu menghasilkan jumlah paving block dalam skala kecil.
"Jadi kalau untuk produksi saya tergantung dari pesanan konsumen dan hanya dengan jumlah yang kecil.
Kami melihat kemampuan. Kalau untuk skala besar masih banyak kekurangannya baik itu mesin maupun peminatnya di masyarakat.
Karena masih terbatas di pemasaran juga," sebutnya.
Masih jelas teringat oleh Andrey saat konsumen yang sama datang ke kediamannya untuk memesan kembali paving block hasil cetakannya.
"Meski awalnya ragu karena khawatir produk saya tidak memuaskan, ternyata datang lagi untuk memesan.
Alhamdulillah mereka sangat senang juga dapat menggunakan hasil olahan sampah menjadi barang guna, mereka bilangnya sekaligus menjaga lingkungan begitu," jelas Andrey dengan mimik wajah yang puas.
Di samping itu dalam memenuhi bahan baku seperti sampah, Andrey mengaku membeli dari masyarakat para pengumpul sampah rumah tangga maupun pengumpul sampah lainnya.
"Masyarakat yang telah saya edukasikan tadi untuk menjadikan sampahnya bernilai akan saya beli dengan harga Rp 300 rupiah perkilo nya.