Terbentuk dan Bubarnya Resimen Cakrabirawa, Pasukan Elite Panculik 7 Jenderal Pada G30S

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terbentuk dan Bubarnya Resimen Cakrabirawa, Pasukan Elite Panculik 7 Jenderal Pada G30S. Letkol Untung (kiri), pemimpin G30S/PKI dibawa masuk ke dalam sidang Pengadilan Mahmillub

TRIBUNBATAM.id - Pasukan Cakrabirawa tak bisa lepas dari peristiwa Gerakan 30 September.

Pasukan elite ini berasal dari semua unsur Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Kepolisian).

Untuk menjadi anggota Cakrabirawa bukanlah perkara mudah dan wajib melalui seleksi yang ketat.

Tak cuma seleksi secara fisik maupun mental, seleksi tes tertulis dan psikotes harus dua kali dilalui calon prajurit sebelum diterima.

Bahkan, Jenderal Nasution pernah memberi arahan terhadap Kolonel Sabur, yang kelak menjadi Komandan Cakrabirawa, agar anggota Cakrabirawa diisi orang-orang berbudi pekerti serta disiplin.

Hal ini mengingat penting dan vitalnya tugas yang bakal dikerjakan.

Berdasarkan Lampiran Surat Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi ABRI No 01/Plt/Th.1963 mengenai organisasi dan tugas Resimen Cakrabirawa, Resimen Cakrabirawa dibagi menjadi 3 bagian utama.

Baca juga: Mengapa Soeharto Baru Menetapkan Hari Kesaktian Pancasila Setahun Setelah G30S/PKI? Ini Faktanya

Baca juga: Kesaksian Pengangkat Jenazah 7 Pahlawan Revolusi di Sumur Lubang Buaya Dalam Peristiwa G30S/PKI

Bagian pertama yakni Detasemen Kawal Pribadi (DKP), bertugas mengawal keselamatan presiden beserta keluarganya secara langsung dari jarak dekat.

Bagian kedua, Detasemen Pengawal Chusus/Khusus (DPC) bertugas dalam hal pengamanan dan survei atas gedung, area atau wilayah dimana presiden dan keluarga sedang atau akan berada.

Bagian ketiga, Batalyon Kawal Kehormatan, bertugas melakukan penjagaan dalam arti luas yang berhubungan dengan pengamanan presiden beserta keluarganya, seperti melakukan penjagaan Istana Negara, gedung-gedung vital yang termasuk kompleks Istana dan gedung-gedung yang menjadi ruang kerja presiden.

Namun, di bawah komando Kolonel Untung, Pasukan Cakrabirawa melakukan penculikan dan menyebabkan tewasnya 7 jenderal TNI AD.

Dikutip dari repository.unair.ac.id, Jumat (1/1/2021), yang mengutip buku Kesaksian Tentang Bung Karno 1945-1967 karya Mangil Martowidjojo, Satuan atau Resimen Cakrabirawa dibentuk pada 6 Juni 1962.

Pembentukan Resimen Cakrabirawa itu ditetapkan melalui Surat Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia No 211/Plt/1962.

Baca juga: Mengenang 7 Pahlawan Revolusi dan Hari Kesaktian Pancasila, Ini Sejarah Singkat Peristiwa G30S/PKI

Baca juga: Bangunkan Ayah saat G30S/PKI, Begini Keseharian Eddy, Putra Jenderal Ahmad Yani

Adapun inisiasi pembentukan Resimen Tjakrabirawa ini bermula dari adanya usaha percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno.

Dikutip dari Kompas.com, ide membentuk Cakrabirawa muncul setelah adanya usaha pembunuhan terhadap Presiden Soekarno, saat sedang melaksanakan Salat Idul Adha pada 14 Mei 1962.

Guna mewujudkan ide itu, Letnan Kolonel CMP Sabur menghadap ke Istana Merdeka dan memberikan laporan bahwa DKP berencana membentuk pasukan pengawal Istana Presiden yang lebih sempurna.

Letnan Sabur kemudian menghadap kepada empat Panglima Angkatan Bersenjata (AD, AL, AU, dan Kepolisian) untuk meminta satu batalyon prajurit terbaik dari setiap angkatan untuk ikut bertugas mewakili angkatan masing-masing dalam tugas mengawal Presiden.

Sabur dibantu beberapa perwira, di antaranya Mayor CPM Maulwi Saelan, Mangil dari Kepolisian, seorang mayor udara, dan seorang mayor laut.

Mereka sering rapat dan membahas pasukan pengawal presiden.

Bertepatan dengan hari ulang tahunnya 6 Juni 1962, Soekarno mengeluarkan Surat Keputusan No 211/Pit/1962 tentang pembentukan resimen khusus yang bertanggung jawab menjaga keselamatan pribadi Presiden dan keluarganya, sekaligus terbentuk Resimen Cakrabirawa.

Baca juga: Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Ini 3 Lokasi Bersejarah untuk Napak Tilas Peristiwa G30S/PKI

Baca juga: Kisah Lucu dan Menegangkan Saat G30S/PKI, Suara Knalpot Dikira Tembakan, Salah Dengar Dikira Gerwani

Akhir dari Cakrabirawa

Masih mengutip repository.unair.ac.id, pascaperistiwa G30S PKI, anggota Cakrabirawa menjalani tugas-tugas berat.

Hal ini karena tugas pengamanan Istana Merdeka dan Istana Negara diserahkan dari Batalyon I KK kepada Batalyon II KK.

Penyerahan ini setelah sebagian anggota Batalyon I KK terlibat dan ikut serta dalam peristwa G30S.

Tugas pengamanan menjadi berat karena Cakrabirawa harus mengamankan Istana yang dikepung dan terancam dimasuki gelombang demonstrasi para mahasiswa, dan pasukan tentara yang berasal dari Kostrad dan RPKAD.

Berdasarkan Maulwi Saelan dalam bukunya Kesaksikan Wakil Komandan Tjakrabirawa: dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66, pada saat Kabinet Seratus Menteri dilantik pada 24 Februari 1966, mahasiswa yang didukung oleh Kostrad dan RKPAD memblokade jalan masuk istana yang dilalui para calon menteri yang akan dilantik.

Mahasiswa dan tentara menguasai jalan menuju istana dan menahan mobil-mobil kemudian menggembosi ban-bannya.

Seperti dikutip dari Tribunnews, para calon menteri yang akan dilantik pun terpaksa berjalan kaki.

Para anggota Resimen Cakrawrawa yang memang ditugaskan menjaga Istana tetap melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya hingga acara pelantikan tetap bisa berjalan.

Resimen Cakrabirawa akhirnya dibubarkan pascakeluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966.

Baca juga: Misteri Keberadaan Soeharto Ketika Terjadi Penculikan Jenderal TNI AD saat Peristiwa G30S PKI

Tepatnya pada 23 Maret 1966 terbit Keputusan bersama keempar Menteri Panglima Angkatan (Darat, Laut, Udara dan Polisi) No 6/3/1966 yang memutuskan menyerahkan tugas menjamin keselamatan presiden dan keluarganya dari Cakrabirawa ke Polisi Militer.

Pada 28 Maret 1966, dilakukan serah trima tugas untuk menjami keselamatan pribadi/Presiden/Panglima Tertinggi ABRI beserta keluaranya dari Brigjen Sabur, Komandan Cakrabirawa ke Brigjen Sudirgo, Direktur Polisi Militer.

Pascapenyerahan itu, Cakrabirawa dibubarkan dan anggotanya dikembalikan ke masing-masing angkatannya.

Selanjutnya tugas penjagaan Istana Presiden baik yang ada di Jakarta maupun di Bogor dan Cipanas digantikan oleh Satgas Pomad (Polisi Militer Angkatan darat) yang dipimpin oleh Kolonel CPM Norman Sasono.

Hanya anggota DKP (Detasemen Kawal Pribadi) yang terdiri dari personel Kepolisian yang masih dipercaya mengawal Bung Karno dan keluarganya.

Baca juga: Pencipta Lagu Muhammad Arief Hilang! Dosa Genjer yang Dikaitkan dengan G30S PKI

Baca juga: Sejarah G30S: Kronologi Penculikan Brigjen DI Pandjaitan, Dipukul & Ditembak Mati di Halaman Rumah

.

.

.

(*/ TRIBUNBATAM.id)

Berita Terkini