Para pengkhatam akan duduk di depan orang ramai, sambil membacakan khataman Al Qur'an menggunakan pengeras suara.
Suara lantunan ayat suci Al Qur'an itu pun terdengar dari depan, hingga ke bangsal belakang, tempat masyarakat memasak.
Pembacaan Khataman Qur'an diawali dengan Surah Ad-duha hingga An-Nas, hingga kemudian ditutup dengan Doa.
Hal ini juga berarti sebagai bentuk kepercayaan bagi masyarakat, yang menandakan bahwa anak-anak tersebut sudah bisa mengaji dengan fasih.
Orang tua, tokoh agama, ulama yang dipercayakan akan duduk di depan, mendengarkan dengan seksama pembacaan tersebut.
Seusai membaca dan berdoa, para pengkhatam ini menyalami seluruh jemputan yang hadir.
Tradisi budaya di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri memang sangat menarik untuk dilihat, termasuk yang satu ini.
Khatam Quran Lingga sendiri masuk ke dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang ditetapkan oleh Kemendikbud, pada 2018.
Pelaksanaannya dilakukan setelah yang bersangkutan menamatkan atau menyelesaikan pelajaran mengaji atau membaca kitab suci umat Islam, yakni Al-Quran.
Hampir seluruh wilayah se-kabupaten Lingga, tidak melupakan tradisi yang satu ini.
Biasanya, tradisi Khatam Qur'an sering dijumpai pada acara pernikahan adat Melayu Lingga pada pagi hari.
Baca juga: Ramadhan 2021 di Anambas - ASN Pemkab Anambas Gelar Khatam Al-Quran
Baca juga: 6 Tahun Jabat Camat Lingga, Posisi Yulius Kini Digantikan Abdul Malik
Itu dilaksanakan pada hari H sebelum pengantin laki-laki dan perempuan duduk bersanding.
Pakaian yang dipakai disaat berkhatam, bagi laki-laki biasanya memakai jubbah putih, surban dan bisa pakaian Melayu.
Sementara perempuan memakai baju kurung Melayu labuh dan bertutup kepala, yang biasanya bewarna putih.
"Perayaan atau tradisi Khatam Al Qur'an ini sudah ada secara turun temurun. Yang mana anak telah menamatkan salah satu ajaran Islam, yaitu Al Qur'an.