KEPRI TERKINI

Inflasi Kepri Juni 2022 Dipicu Harga Cabai dan Telur Ayam Ras

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), sekaligus Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Musni Hardi K. Atmaja. Angka inflasi Kepri untuk Juni 2022 naik dibanding bulan sebelumnya. Inflasi di Kepri ini didorong oleh kenaikan harga kelompok volatile food, contohnya cabai dan telur ayam ras.

KEPRI, TRIBUNBATAM.id - Indeks Harga Konsumen Kepulauan Riau atau IHK Kepri secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,84 persen (mtm) pada Juni 2022.

Angka inflasi di Kepri ini lebih tinggi dibanding bulan Mei 2022 yang inflasinya sebesar 0,81 persen (mtm).

Inflasi di Kepri ini didorong oleh kenaikan harga kelompok volatile food.

Contohnya cabai dan telur ayam ras.

Selain itu, kelompok komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices), yaitu tarif angkutan udara, serta kenaikan harga air kemasan dan sabun/detergen, juga memicu inflasi bulan Juni lalu.

Pada saat yang sama, IHK Nasional juga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,61 persen (mtm), lebih tinggi dibanding inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,40 persen (mtm).

Baca juga: Inflasi Juni 2022 Diperkirakan Capai 4,17 Persen, Suku Bunga Berpotensi Naik

Baca juga: Data BPS, Inflasi Batam Mei 2022 Tertinggi Nomor 7 se-Sumatera

Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kepri pada Juni 2022 mengalami inflasi sebesar 5,89 persen (yoy).

Atau meningkat dibandingkan Mei 2022 sebesar 4,88 persen (yoy), dan berada pada kisaran inflasi Nasional sebesar 3 ± 1 persen.

"Inflasi di Kepri pada Mei 2022 terutama bersumber dari kenaikan harga komoditas kelompok makanan, minuman, dan tembakau, utamanya aneka cabai dan telur ayam ras, serta kelompok transportasi, yakni tarif angkutan udara," ujar Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Musni Hardi K. Atmaja, dalam keterangan resmi yang diterima TribunBatam.id, Jumat (1/7/2022).

Menurutnya, kenaikan harga cabai disebabkan oleh kenaikan harga dari produsen, ditambah banyaknya cabai yang busuk dalam pengiriman, serta berkurangnya hasil panen akibat gangguan cuaca.

Sedangkan, kenaikan tarif angkutan udara disebabkan faktor musiman meningkatnya permintaan pada masa libur sekolah dan tingginya harga bahan bakar avtur.

Secara spasial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,84 persen (mtm) dan 0,80 persen (mtm).

Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kota Batam mengalami inflasi sebesar 5,98 persen (yoy), dan Kota Tanjungpinang inflasi sebesar 5,27 persen (yoy).

Baca juga: Kenaikan Harga Minyak Goreng dan Cabai Merah Dorong Inflasi di Kepri Maret 2022

Baca juga: Inflasi Batam 2022 Dipicu Kenaikan Harga Pada 7 Kelompok Pengeluaran, Apa Saja?

Komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Batam adalah aneka cabai dan angkutan udara.

Sedangkan komoditas penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang adalah aneka cabai dan telur ayam ras.

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kepri, memperkirakan tekanan inflasi masih akan berlanjut meski cenderung melemah.

Sehubungan dengan itu, TPID Kepri akan memfokuskan pemantauan pada harga dan pasokan, serta meningkatkan pengawasan terhadap kondisi ternak yang didatangkan dari luar wilayah Kepri, mendorong konsumsi daging beku dan daging kerbau, menjaga kelancaran distribusi barang termasuk aktivitas bongkar muat, serta mengoptimalkan kerja sama antar daerah (KAD).

"Upaya perluasan atau penguatan KAD dilakukan dengan meningkatkan konektivitas antar daerah dan efisiensi jalur logistik untuk menekan biaya angkut dan mengurangi waktu tempuh," ujar Musni.

Ia menambahkan, dalam jangka panjang TPID akan terus mendorong upaya pengendalian inflasi dengan meningkatkan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan/petani, perluasan lahan dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik.

Baca juga: Langkah TPID Kepri Tekan Angka Inflasi, Pastikan Ketersediaan Bahan Pokok

Baca juga: Batam Peringkat 2 Inflasi Tertinggi Se-Sumatera pada November 2021, Nomor 5 Se-Indonesia

Seperti Program Lipat Ganda, program urban farming, integrated farming dan digital farming.

Berikut risiko inflasi yang patut diwaspadai, yaitu:

  • Kenaikan permintaan bahan pangan, khususnya daging sapi pada Hari Raya Idul Adha di bulan Juli 2022, di tengah merebaknya isu penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK);
  • Masuknya periode tahun ajaran baru yang akan mendorong belanja kebutuhan anak sekolah;
  •  Rencana kenaikan tarif listrik untuk golongan 3.000 VA ke atas mulai bulan Juli 2022.(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google

Berita Tentang Kepri

Berita Terkini