FEATURE

Curhat Pedagang Anambas Jelang HUT RI, Sebut Ekonomi Warga Belum Merdeka

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak
Editor: Septyan Mulia Rohman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang bumbu dan rempah Pasar Inpers Tarempa, Ilyas saat ditemui di lapak jualannya, Senin (15/8/2022).

Khusus di pusat kota Tarempa, sambungnya, harga sejumlah kebutuhan primer dan skunder terbilang berbeda di banding sejumlah daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

Kenaikan harga itu, ditaksir mampu mencapai dua kali lipat dari harga jual umumnya di daerah asal pemasok barang seperti Tanjungpinang, Batam dan Jakarta.

"Memang harga sejumlah barang kalau sudah sampai di sini jadi mahal dan merata sampai ke pedagang warung minuman dan makanan," ucapnya, Senin (15/8/2022).

Baca juga: GM Telkom Witel Riau Kepulauan Didampingi Kadis Kominfotik Anambas Tinjau SKKL Pulau Matak

Diakuinya, penyebab hal itu karena pengaruh tingginya ongkos kirim barang kapal cepat atau feri yang membawa barang pedagang ke wilayah perbatasan perairan tiga negara itu.

"Ongkos kirim barang per kilonya Rp 8 ribu, belum lagi biaya angkut buruh per kilonya Rp 1.000 di pelabuhan asal dan sampai di pelabuhan sini juga jasa angkutnya Rp 1.000, karena besaran biaya operasional itu lah harga barang jadi mahal di sini," terangnya.

Secara dominan, sejumlah pedagang pun lebih banyak menggunakan jasa angkutan feri dibanding menggunakan kapal tol laut atau pun kapal perintis.

Karena barang dagangan dapat dipastikan dalam kondisi baik dan utuh hingga tiba di Anambas.

"Jarang lah kalau pedagang pasar bawa barang pakai kapal itu, karena sampai di sini beberapa barang-barang pada layu dan juga busuk karena kelamaan sampai. Tapi kalau pakai feri kan hanya delapan jam," sebut Ilyas.

Belum lagi katanya, sasaran pengunjung pasar yang diharapkan satu-satunya dari kelompok pegawai pemerintahan, belum mampu meningkatkan minat daya beli yang ada.

Baca juga: Agenda Sambut HUT RI di Kelurahan Tarempa Anambas Dimulai Besok, Ini Kegiatannya

"Hanya dari kelompok pegawai pemerintahan lah yang bisa kita harapkan, itu pun gak seberapa, malah kemarin kan sempat juga seperti perangkat desa belum terima honor, jadi banyak yang berutang dulu baru bisa belanja kebutuhan," paparnya.

Lelaki yang mengaku sudah 20 tahun berdagang bumbu dan rempah itu menilai, efek dari permasalahan ini nantinya dapat menimbulkan tutupnya sejumlah kios dan lapak milik pedagang yang ada di pasar.

"Kalau begini, sudah seharusnya ada solusi atau kebijakan dari pemerintah. Jangan lah pulak acuh, harusnya ambil peduli, datang lah ke pasar ini jangan hanya sesekali, tanyakan apa persoalan para pedagang dan lainnya," ucapnya lagi.

Ironisnya Ilyas menilai, kondisi masyarakat Kabupaten Anambas hingga kini belum merasakan kemerdekaan khususnya disegi perekonomian.

Kepada pimpinan daerah ia berharap, makna kemerdekaan itu dapat membuahkan secercah harapan kesejahteraan dan kemakmuran dalam semua aspek kehidupan masyarakat.(TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google

Berita Terkini