Tak perlu merasa khawatir jika lapar atau lupa membawa bekala, pengunjung yang datang ingin bermain kano juga bisa memesan makan dan minum.
Karena Pantai ini juga terdapat cafe, dengan berbagai jenis kuliner makanan dan minuman lokal.
Pemilik penyewa kano, Muzakar berharap wahana permainan ini mampu menumbuh kembangkan perekonomian masyarakat.
"Kano ini saya buat sendiri menggunakan fiber, kalau yang ingin miliki, bisa pesan langsung," kata dia.
Dia mengungkapkan, pada waktu weekend atau hari libur, antusias pengunjung selalu ramai memainkan wahana yang tersedia.
"Mudah-mudahan dengan kita buat seperti ini, ke depanya bisa berkembang dengan minat para pengujung yang ada di Singkep untuk mengenal lebih jauh masalah kano," tuturnya.
CAGAR Budaya Meriam Tegak
Pantai Batu Berdaun di Dabo Singkep ini juga memiliki mitos atau sejarah yang menjadi cerita bagi bagi masyarakat setempat.
Salah satu yang paling terkenal, yakni cerita tentang kisah meriam tegak.
Tak hanya bualan belaka, bahkan cagar budaya Meriam Tegak juga langsung bisa dilihat pengunjung, ketika melewati akses jalan utama ke Pantai Wisata Batu Berdaun.
Cagar budaya yang satu ini sering dilirik atau jadi sorotan para wisatawan.
Meriam Tegak merupakan salah satu cagar budaya daerah Kabupaten Lingga khususnya di Dabo Singkep, yang ramai dikunjungi karena keunikan bentuknya dan juga kisah yang terkandung di dalamnya.
"Meriam tegak ini sudah dari dulu ada, uniklah soalnya meriamnya menghadap ke atas. Bisa buat momen foto juga," kata salah seorang pengunjung, Dhanang.
Sesuai dengan namanya, meriam ini berposisi tegak atau berdiri, dengan separuh bagian meriam tertancap di tanah dan separuh moncong meriam menghadap ke arah langit.
Meriam Tegak terlihat jelas dilihat oleh pengendara saat melewati akses utama jalan ke pantai wisata ini.
Meriam Tegak berasal dari cerita rakyat, yang memiliki nilai sejarah yang melekat bagi warga setempat.
Meski memiliki cerita dan misteri yang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia, namun sebagian masyarakat lokal hampir mempercayai cerita di balik tertancapnya meriam tegak ini.
Cerita ini memiliki berbagai versi yang beredar di kalangan warga setempat.
Menurut Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy mengungkapkan bahwa kisah ini berawal dari pertikaian atau kesalahpahaman antara suami dan istri.
Sejak zaman dahulu hingga saat ini, meriam tersebut tidak pernah bisa dicabut oleh manusia.
Bahkan, pemerintah daerah telah mengerahkan alat berat untuk mencabut meriam ini, tapi tetap saja tidak dapat membantu mengangkatnya dari tanah.
"Cerita itu berawal dari kesalahpahaman antara si istri cik Walek dan suami cik Nuh," kata Lazuardy kepada TribunBatam.id.
Baca juga: Pulau Mepar Wisata Lingga, Dulu Jadi Benteng Pertahanan Masa Kerajaan Riau Lingga
Lazuardy menjelaskan, bahwa hal itu berawal dari cik Walek yang memakan sebuah cendawan atau jamur yang memiliki khasiat ajaib.
Sehingga, saat memakannya cik Walek memiliki tenaga super yang tidak menyamai kekuatan manusia pada umumnya.
Halaman Cik Walek dan sang suami Cik Nuh memang dipenuhi dipenuhi dengan meriam.
Saat itu Cik Walek melihat sambil memegang salah satu meriam di situ.
"Jadi suaminya bercanda dan bilang kenapa cuma dilihat, angkatlah kalau bisa," jelas Lazuardy.
"Gurauan itu dianggap serius oleh Cik Walek, karena menganggap si suami meremehkannya. Sehingga Cik Walek penuh emosi dan mengangkat hingga menancap meriam itu ke tanah," tambah Lazuardy.
Dari pristiwa itulah, cerita meriam tegak dianggap masih menjadi misteri.
Saat ini, makam Cik Walek berada di Pulau Lalang, Kecamatan Singkep Selatan.
Namun dari versi cerita lain, dulu meriam tersebut ditancapkan oleh seorang Putri Raja bernama Encek Walek.
Saat itu, Sang Putri sedang terlibat perkelahian hebat dengan seorang pangeran terkenal.
Sang Putri memang memiliki kekuatan di luar nalar.
Sehingga mengangkat dan menancapkan meriam itu ke tanah.
Baca juga: Pulau Mepar Wisata Lingga, Dulu Jadi Benteng Pertahanan Masa Kerajaan Riau Lingga
Setelah ditancapkan ke dalam tanah, Encek Walek menantang Sang Pangeran untuk dapat melawan dan melanjutkan perkelahian apabila dapat mencabut meriam tersebut
Namun, Sang Pangeran tidak dapat mencabut meriam yang menyebabkan kekalahan padanya dan kemudian pergi.
Meski memiliki cerita yang dianggap mustahil, namun Meriam Tegak menjadi objek wisata menarik, ketika wisatawan berkunjung ke Wisata Pantai Batu Berdaun.
AKSES Menuju Wisata Batu Berdaun
Untuk berwisata ke Pantai Batu Berdaun, Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga, tidak perlu ribet bagi wisatawan.
Pengunjung hanya jangan lupa membawa pakaian ganti jika hendak berenang di sini. Pengunjung juga bisa membawa bekal, karena telah tersedia pondok besar yang muat untuk makan bersama keluarga besar.
Namun, pilihan lain bagi pengunjung juga bisa membawa tikar, untuk merasa sensasi langsung duduk di atas pasir pantai.
Akses ke sini sangat mudah dijangkau, karena hanya menempuh perjalan 5 hingga 7 menit dari Kota Dabo Singkep, baik itu mengendarai roda dua maupun roda empat.
Untuk wisatawan dari luar, dari Batam dan Tanjungpinang untuk menuju Kabupaten Lingga, bisa menggunakan transportasi laut dari pelabuhan.
Untuk wilayah Batam, penumpang bisa melewati akses di Pelabuhan Telaga Punggur, dengan kapal Ferry Batam ke Lingga berangkat setiap pukul 10.30 WIB setiap harinya.
Perjalanan menggunakan Kapal Ferry itu, para penumpang dikenakan biaya tiket terbaru sekitar Rp 294 ribu per orang.
Untuk para pengunjung yang mau berhemat, bisa menggunakan Kapal Roro di Pelabuhan Telaga Punggur dengan biaya tiket hanya Rp 85 ribu per orang, yang merupakan harga terbaru pasca naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sementara, untuk penumpang dari Kota Tanjungpinang bisa melewati akses dari Pelabuhan Sri Bintan Pura yang menggunakan kapal Ferry yang berangkat setiap harinya.
Ada dua kapal Ferry dengan tujuan Lingga yang berangkat pada pukul 11.00 WIB dan 11.30 WIB.
Untuk ongkos Ferry dari Tanjungpinang, penumpang bisa menyiapkan biaya tiket harga lama di MV Lintas Kepri dan Ocean Drgaon 1 sebesar Rp 170 hingga Rp 190 ribu.
Sementara harga baru sekitar Rp 216 ribu, menggunakan kapal MV Oceanna 9. Kapal Ferry berlayar setiap hari, dengan dua hingga tiga kapal berangkat.
Selain itu, penumpang juga bisa menggunakan akses kapal Roro, dengan tarif tiket per orang Rp 66 ribu per orang dari Pelabuhan Roro Dompak.
Dari Pelabuhan Jagoh, pengunjung menyambut dengan akses perjalanan darat ke kota Dabo Singkep, dengan memakan waktu kurang lebih 30 menit.
Pengunjung juga bisa memilih penginapan atau hotel dengan harga-harga terjangkau di sana.(TribunBatam.id/Febriyuanda)