PEMBUNUHAN JANDA ANAK TIGA DI NATUNA

Psikolog Ungkap Kondisi Anak dari Korban Pembunuhan Janda di Natuna : Stabil, Namun Trauma Masih Ada

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sumarni, Psikolog Klinis UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, saat dimintai keterangan diruang kerjanya. Senin (20/1/2025).

TRIBUNBATAM.id, NATUNA - Setelah melalui masa pendampingan intensif, kondisi psikologis kedua anak DA (31), korban pembunuhan tragis di Natuna, kini berangsur stabil. 

Psikolog Klinis UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Natuna, Sumarni menjelaskan, bahwa meskipun mereka sudah kembali beraktivitas, dampak trauma tetap memerlukan perhatian jangka panjang. 

Menurutnya, kondisi psikologis kedua anak memiliki dinamika yang berbeda. 

Sang abang yang kini duduk di kelas 3 SMP tampak lebih tenang, meskipun sempat menangis saat melihat jenazah ibunya di kamar mayat RSUD Natuna, dan saat proses pemakaman.  

“Abangnya lebih stabil, meski di beberapa momen emosional, seperti saat melihat ibunya dimasukan ke liang lahat dan pulang dari pemakaman ia menangis. Namun, setelah itu kondisinya kembali normal,” ujar Sumarni saat dikonfirmasi Senin (20/1/2025).

Berbeda dengan abangnya, adik yang masih duduk di kelas 6 SD menunjukkan gejala syok yang cukup berat. 

Baca juga: Nasib Tiga Anak Janda yang Tewas Dibunuh, Pemkab Natuna Berikan Pendampingan Psikologis ke Mereka

“Adiknya sempat mengalami demam ringan akibat trauma psikologis. Kondisi ini biasanya ditandai dengan pusing, jantung berdebar, dan perubahan suhu tubuh, yang bukan karena sakit fisik, melainkan efek syok,” jelasnya.  

Namun, kondisi ini berangsur membaik dalam dua hari pasca kejadian. 

“Alhamdulillah, pada hari kedua, kondisinya sudah normal kembali. Bahkan, ia bisa ikut mengantar jenazah ibunya ke kampung halaman untuk dimakamkan,” tambah Sumarni.  

Setelah masa pendampingan awal selesai, UPTD PPA langsung berkoordinasi dengan ayah kandung kedua anak tersebut. 

Hasil asesmen psikologis menunjukkan bahwa sang ayah mampu merawat mereka secara emosional dan fisik.  

“Kami pastikan mereka berada di lingkungan yang aman. Kembalinya mereka ke aktivitas sehari-hari, seperti sekolah, sangat penting untuk mengurangi waktu melamun dan memulihkan rutinitas mereka,” terang Sumarni.  

Meskipun telah dikembalikan kepada ayahnya, UPTD PPA Natuna akan terus memantau perkembangan kedua anak tersebut.

 “Kami akan melakukan monitoring secara berkala untuk memastikan mereka tetap dalam kondisi baik, baik secara fisik maupun emosional,” tambahnya.  

Sumarni menekankan pentingnya dukungan psikologis bagi anak-anak korban kekerasan. Pemulihan trauma membutuhkan waktu dan perhatian yang konsisten.

“Kami berharap mereka bisa tumbuh dengan dukungan keluarga dan masyarakat, meskipun mereka telah kehilangan sosok ibu. Hal terpenting adalah memastikan mereka merasa aman dan memiliki masa depan yang cerah,” tutupnya. 

Saat ini, kedua anak telah kembali menjalani kehidupan normal. Mereka bersekolah dan melanjutkan aktivitas harian mereka, meskipun bayang-bayang duka masih menyelimuti. 

Dengan pendampingan dari UPTD PPA dan dukungan keluarga, diharapkan keduanya mampu melewati masa sulit ini dan menjalani hidup dengan lebih baik. (TRIBUNBATAM.id/Birri Fikrudin).

Berita Terkini