KAPAL TENGGELAM DI ANAMBAS

Empat Jam Mengapung di Laut, Kapten KM Selat Meranti di Anambas Bersyukur ABK Selamat

Nakhoda KM Selat Meranti itu, hanya punya satu pikiran, yakni memastikan empat anak buah kapal (ABK)-nya selamat dalam insiden laka laut di Anambas

Tribunbatam.id/Novenri Simanjuntak
UNGKAP CERITA - Sobirin, nakhoda KM Selat Meranti yang tenggelam di perairan Mentalak, Anambas membawa muatan ikan menuju Kalimantan, Selasa (7/10/2025) ungkap cerita terkait insiden yang baru dialaminya bersama empat ABK lainnya. 

ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Di tengah gelapnya Laut Munjan atau tepatnya 15 Mil dari perairan Mentalak, Kabupaten Kepulauan Anambas, sekitar pukul tiga lewat dini hari, menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Sobirin.

Nakhoda Kapal Motor (KM) Selat Meranti itu, hanya punya satu pikiran, yakni memastikan empat anak buah kapal (ABK)-nya selamat dalam insiden kecelakaan laut.

Sebenarnya, ia bukan baru sekali membawa kapal. Sebagai nakhoda pelayaran dari Tarempa menuju Kalimantan, itu sudah menjadi rutinitas baginya.

Muatan ikan basah dalam ratusan fiber bukan hal baru dibawanya ke Kalimantan.

Baca juga: KM Selat Meranti Oleng hingga Tenggelam di Anambas Diduga Karena Muatan Tak Seimbang

Awalnya, semua berjalan normal, hingga mendekati Subuh, kapal tiba-tiba oleng, miring ke kanan dan terbalik dalam hitungan detik.

"Gak ada firasat apa-apa. Cuaca juga tenang. Tiba-tiba kapal langsung miring," ucap Sobirin, saat ditemui di kawasan RSUD Tarempa, Selasa (7/10/2025).

Dalam ingatannya, saat insiden itu terjadi, kapal sempat telungkup lalu kembali dengan posisi telentang sampai akhirnya tenggelam sebagian.

Semua muatan terlepas. Fiber-fiber berisi ikan hanyut satu per satu, ikut terbawa alunan gelombang laut.

Namun bukan fiber, bukan juga kerugian ratusan juta yang pertama kali terpikir oleh Sobirin.

Potret kapal kargo KM Selat Meranti tenggelam di Perairan Mentalak, Kabupaten Kepulauan Anambas. Dugaan sementara karena ketidakseimbangan muatan, Selasa (7/10/2025)
Potret kapal kargo KM Selat Meranti tenggelam di Perairan Mentalak, Kabupaten Kepulauan Anambas. Dugaan sementara karena ketidakseimbangan muatan, Selasa (7/10/2025) (Tribunbatam.id/istimewa)

 

"Saya cuma pikir ABK saya. Jangan sampai ada yang tenggelam. Itu yang saya jaga," katanya sambil duduk menunda santapan makan siangnya di tangan.

Ia bercerita, dalam kekacauan itu, ia bersama keempat kru kapal bergerak cepat.

Keempat ABK-nya, mengambil jaket pelampung, melompat ke laut dan saling berteriak memastikan satu sama lain masih selamat.

Selama hampir empat jam, mereka mengapung di laut gelap, hanya berpegang pada puing kapal atau fiber yang masih tersisa. 

"Mereka yang sudah kalut langsung cepat ambil life jacket. Mereka tak pikir panjang lagi langsung lompat ke laut dan bertahan mengapung," ujarnya.

Melihat keempat ABK-nya telah menjauh dari area kapal, Sobirin yang masih berada di dek kapal menyempatkan diri menyelamatkan surat jalan dari syahbandar.

Di momen menegangkan itu, ia juga sempat-sempatnya mengamankan radio dan telepon genggam untuk menghubungi agen kapal, pemilik kapal, juga beberapa nelayan.

"Saya takut. Tapi saya tahu saya harus tenang. Kalau saya panik, yang lain bisa lebih panik. Saya berusaha menghubungi semuanya sambil memastikan sinyal. Dengan waktu yang singkat itu, saya pun ikut lompat ke laut," ujarnya.

Setelah hampir empat jam mengapung dan bertahan di laut, sebuah kapal nelayan pun untuk yang pertama kalinya datang membantu.

Setelahnya, menyusul tim Basarnas dan Satpolairud mengevakuasi satu per satu kru kapal yang telah basah kuyup dan menggigil.

"Itu yang paling saya syukuri. Gak ada yang hilang. Semua selamat. Ya, tentu adalah kerugian materilnya, saya perkirakan banyak bang nominalnya," tutur Sobirin.

Di sisi lain, ia menjelaskan, muatan kapal yang hanyut merupakan milik sejumlah penampung ikan.

Ratusan fiber itu rencananya akan dibawa ke Kalimantan sebagai bagian dari rutinitas distribusi hasil laut dari Tarempa.

Menurut Sobirin, jumlah muatan saat itu masih tergolong standar. Biasanya mereka membawa antara 230 hingga 240 fiber.

"Itu sekitar dua ratusan. Jadi tidak bisa dibilang kelebihan beban," ujarnya.

Sebelum keberangkatan, pihaknya juga telah memeriksa seluruh bagian kapal. Tidak ada tanda-tanda kerusakan atau kendala teknis.

"Untuk penyebab pasti saya kurang tahu bang. Tapi ya itu tadi ada gelombang kecil, tiba-tiba kapal oleng lalu tenggelam," pungkas Sobirin menutup cerita. (TRIBUNBATAM.id/Novenri Simanjuntak)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved