Bintan Terkini

Kasus LGBT di Kalangan Pelajar Bintan Meningkat, Pemerintah dan Orangtua Diminta Bergerak Bersama

Beberapa pasien LGBT yang ditangani susah belasan orang, pada umumnya duduk di bangku SMP dan SMA.

Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Eko Setiawan
Thinkstock
Ilustrasi LGBT 

TRIBUN BATAM.id, BINTAN  - Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender  (LGBT) di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) belakangan jadi perhatian publik. 

Seiring berjalannya waktu, korban LGBT pun semakin meningkat. 

Sejauh ini, belasan LGBT pun sudah dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat (RSJKO) Engku Haji Daud (EHD) Tanjunguban. 

Mereka pada umumnya masih berstatus pelajar. 

Beberapa pasien LGBT yang ditangani susah belasan orang, pada umumnya duduk di bangku SMP dan SMA.

Direktur RSJKO EHD, dr Asep Guntur Sapari menyampaikan, pada umumnya seseorang terpapar LGBT setelah dia sudah mulai tumbuh besar. 

"Faktornya beragam, mulai dari ekonomi, dan faktor lingkungan serta digitalisasi modern saat ini," kata dr Asep, Kamis (13/11/2025).

Dia menyampaikan, sesuai dengan hasil survei dilapangan, faktor penyebab LGBT macam-macam. Tidak hanya berlatar belakang ekonomi saja.

Sebab ada sejumlah pelajar dari golongan keluarga ekonomi mampu juga terindikasi LGBT.

"Konten-konten LGBT di media sosial yang mudah diakses, jadi hal yang paling berpengaruh," akunya. 

Selain itu, kekecewaan terhadap figur orangtua yang dapat menimbulkan kebencian juga membuat anak frustasi dan menyimpang.

Awal LGBT juga kerap kali seseorang mendapat teman yang nyaman dan ternyata orang itu sudah terpapar.

"Perhatian seseorang LGBT sangat luar biasa. Mereka lebih peduli terhadap lawan jenis," katanya. 

Untuk mengatasi hal ini, orangtua wajib memantau anaknya lebih detail lagi.

"Jangan biarkan anak berjalan sendiri. Ajak diskusi dan tingkatkan rasa kepedulian dalam rumah tangga," katanya. 

JIka anak terindikasi LGBT maka segera konsultasi dengan dokter.

Setelah dilakukan perawatan banyak yang sembuh. 

Saat ini mereka masih dipantau tim kesehatan dan pemerintah setempat. 

Meski sudah sembuh, pelajar tersebut perlu pengawasan terus menerus karena kemungkinan bisa kambuh lagi.

Para pelajar itu telah ditangani dengan baik, petugas medis membantu mereka untuk kembali ke hidup normal.

"Saya pribadi ingin pelajar tersebut kembali menjalani hidup normal di masyarakat. Kami ingin mereka bisa mengukir prestasi positif," harapnya. 

Dia menegaskan, penanganan medis saja tidak cukup, namun harus ada peran aktif orangtua dan pihak sekolah untuk terus memperhatikan mereka, terutama mentalnya.

"Sibuk bukan merupakan suatu alasan orangtua untuk memperhatikan anaknya. Anak harus tetap dipantau, agar tidak terpengaruh hal negatif," katanya. 

Dia meminta orangtua untuk memantau anak-anak mereka secara terus-menerus, untuk mencegahnya kambuh kembali dengan menjauhkan anak-anak mereka dari komunitas LGBT.

"Peran aktif orangtua jadi kunci utama perubahan anaknya," akunya. 

LGBT dideteksi dari tingkah lakunya setiap hari. Mereka cenderung memiliki komunitas sendiri. 

Tentu harus ada yang membawa mereka untuk berobat, mereka sendiri tidak akan sadar diri dan mengobati diri sendiri.

Jika hal ini dibiarkan, tentu akan berdampak buruk bagi kehidupan dia dan orang lain.

Untuk pengobatan LGBT memerlukan proses konseling dan peran aktif orangtua serta sekolah.

Tidak hanya sekali pengobatan seperti operasi apendik (usus buntu) karena sudah masuk ke daya pikir, sehingga diperlukan pengobatan belasan kali.

LGBT juga menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Bintan. 

Wakil Bupati Bintan Deby Maryanti menyeruhkan perhatian khusus pada penderita LGBT di Bintan. 

Kasus LGBT di kalangan pelajar, tetap harus disikapi secara serius sebagai bagian dari evaluasi dan upaya bersama agar kasus tersebut tidak kembali terjadi di masa mendatang. 

"Pihak sekolah harus menyiasati bagaimana memberikan edukasi dan pembinaan kepada siswa, mungkin melalui kegiatan agama ataupun olahraga," tegasnya. 

Menurutnya, meski tidak ada dalam satu mata pelajaran khusus, namun pembahasan terkait bahaya LGBT  harus disampaikan kepada siswa, termasuk dengan dampak yang ditimbulkan dari perilaku menyimpang. (TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng).

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved