Strategi Komunikasi menuju Daya Saing Global MICE Indonesia

Keberhasilan destinasi MICE tidak bisa berjalan sendiri, tapi perlu koordinasi lintas sektor antara pemda, asosiasi industri, pelaku perhotelan, dll

|
Editor: Dewi Haryati
tribun-batam/thamzil
WTB Hills - Salah satu ikon Kota Batam, WTB Hills, bukit Welcome To Batam di kawasan Engku Putri, Batam Center, Kota Batam 

Namun, potensi tersebut belum optimal karena komunikasi destinasi masih terfragmentasi dan belum memiliki brand positioning kuat.

Untuk itu, Pemerintah Kota Batam disarankan mengembangkan kampanye merek khusus seperti “Batam MICE Advantage” yang menonjolkan efisiensi biaya, kedekatan geografis dengan Singapura, serta rekam jejak sukses penyelenggaraan event internasional (Arjuna, 2025).

Kampanye ini dapat diperkuat dengan insentif fiskal, pelatihan SDM event management, dan promosi lintas pelabuhan yang mempermudah arus peserta internasional.

Keberhasilan destinasi MICE tidak bisa berjalan sendiri. Ia memerlukan koordinasi lintas sektor antara pemerintah daerah, asosiasi industri, pelaku perhotelan, operator transportasi, hingga UMKM lokal.

Komunikasi yang konsisten antar pemangku kepentingan akan menghasilkan pesan promosi yang selaras dengan realitas lapangan. Program pelatihan hospitality, sertifikasi manajemen event, dan peningkatan kompetensi bahasa asing menjadi langkah penting agar SDM Batam siap bersaing di tingkat regional (Judisseno et al., 2025).

Selain komunikasi eksternal, komunikasi internal juga memegang peran vital — terutama dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap manfaat sosial-ekonomi MICE. Ketika masyarakat memahami bahwa event besar membawa efek ekonomi positif bagi pelaku lokal, dukungan publik terhadap penyelenggaraan event akan meningkat.

Pendekatan Business-to-Public (B2P) seperti edukasi publik dan pelibatan UMKM dapat memperkuat legitimasi sosial kegiatan pariwisata (Rumerung et al., 2024).

Dalam era digital, keputusan komunikasi harus berbasis data. Informasi empiris seperti profil peserta, durasi kunjungan, tingkat kepuasan, dan pola pengeluaran menjadi dasar pengambilan keputusan promosi.

BPS Batam (2024) merekomendasikan penggunaan event tracking system untuk memantau dampak ekonomi setiap kegiatan MICE. Dengan begitu, strategi promosi dapat dievaluasi secara periodik dan disesuaikan dengan tren pasar global.

Pemanfaatan SEO marketing dan kolaborasi dengan platform daring juga memperkuat eksposur digital Batam.

Hasil riset Salim et al. (2025) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial seperti Instagram dan YouTube secara konsisten meningkatkan brand engagement hingga 42 persen, terutama bila dikombinasikan dengan narasi lokal dan visual autentik.

Isu keberlanjutan kini menjadi standar baru dalam komunikasi pariwisata. Konsep green event seperti efisiensi energi, pengurangan limbah plastik, dan pemberdayaan UMKM lokal yang tidak hanya memperkuat reputasi Batam sebagai destinasi modern, tetapi juga selaras dengan tren global (Gultom et al., 2025).

Selain itu, evaluasi berkala terhadap dampak ekonomi dan sosial dari kegiatan MICE perlu dilakukan agar promosi tetap akuntabel.

Sinergi lintas wilayah melalui kerja sama Segitiga Pertumbuhan SIJORI (Singapura–Johor–Riau) juga membuka peluang kolaborasi internasional yang lebih luas (Pratap, 2024).

Dengan jaringan ini, Batam berpotensi menjadi pusat logistik dan konvensi regional yang menghubungkan Asia dan Pasifik.

Sumber: Tribun Batam
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved