Strategi Komunikasi menuju Daya Saing Global MICE Indonesia
Keberhasilan destinasi MICE tidak bisa berjalan sendiri, tapi perlu koordinasi lintas sektor antara pemda, asosiasi industri, pelaku perhotelan, dll
TRIBUNBATAM.id - Industri MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) kini menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Lebih dari sekadar kegiatan pertemuan bisnis, MICE merupakan ekosistem ekonomi bernilai tinggi yang menggerakkan sektor perhotelan, transportasi, kuliner, dan industri kreatif secara simultan.
Menurut Gultom et al. (2025), subsektor ini memiliki efek pengganda signifikan karena wisatawan MICE dikenal berpengeluaran besar dan memiliki durasi tinggal lebih lama dibanding wisatawan rekreasi.
Pasca pandemi Covid-19, Pemerintah menempatkan MICE sebagai instrumen utama pemulihan ekonomi. Melalui penyelenggaraan event berskala nasional dan internasional, Indonesia berupaya memperkuat posisi sebagai destinasi bisnis di kawasan Asia Tenggara.
Namun, keberhasilan tersebut tidak hanya ditentukan oleh kesiapan infrastruktur, tetapi juga oleh efektivitas strategi komunikasi pemasaran destinasi yang terencana, terukur, dan terintegrasi.
Pendekatan Integrated Marketing Communications (IMC) kini menjadi kerangka utama dalam membangun citra dan konsistensi pesan destinasi MICE.
Fauzi & Sumirat (2023) menegaskan bahwa sinergi antara promosi, kebijakan, dan citra destinasi akan memperkuat kepercayaan penyelenggara internasional.
Dengan integrasi tersebut, promosi tidak hanya berfokus pada slogan, tetapi menampilkan bukti nyata kesiapan destinasi, mulai dari fasilitas, keamanan, hingga kualitas SDM.
Transformasi digital juga memperluas cakrawala promosi MICE Indonesia. Platform media sosial, virtual tour, dan penyelenggaraan hybrid event menjadi sarana efektif memperkenalkan potensi destinasi ke audiens global.
Menurut Dewi & Darma (2024), konten digital berbasis data, video testimoni, serta kolaborasi dengan key opinion leaders (KOL) terbukti meningkatkan konversi minat penyelenggaraan event hingga 35 persen.
Artinya, komunikasi digital bukan sekadar alat promosi, tetapi instrumen strategis membangun reputasi dan kredibilitas destinasi MICE Indonesia di mata dunia.
Di antara berbagai kota tujuan bisnis, Kota Batam menempati posisi istimewa. Secara geografis, Batam berada di jalur strategis perlintasan internasional yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia.
Kondisi ini memberi keunggulan logistik dan aksesibilitas tinggi, menjadikannya gerbang utama MICE di Indonesia bagian barat.
Berdasarkan data BPS Batam (2024), kunjungan wisatawan bisnis ke Batam meningkat pasca pandemi, didorong oleh pemulihan kegiatan pameran dan konferensi.
Fasilitas konvensi bertaraf internasional, pelabuhan feri modern, serta konektivitas penerbangan yang memadai memperkuat daya saing kota ini.
Namun, potensi tersebut belum optimal karena komunikasi destinasi masih terfragmentasi dan belum memiliki brand positioning kuat.
Untuk itu, Pemerintah Kota Batam disarankan mengembangkan kampanye merek khusus seperti “Batam MICE Advantage” yang menonjolkan efisiensi biaya, kedekatan geografis dengan Singapura, serta rekam jejak sukses penyelenggaraan event internasional (Arjuna, 2025).
Kampanye ini dapat diperkuat dengan insentif fiskal, pelatihan SDM event management, dan promosi lintas pelabuhan yang mempermudah arus peserta internasional.
Keberhasilan destinasi MICE tidak bisa berjalan sendiri. Ia memerlukan koordinasi lintas sektor antara pemerintah daerah, asosiasi industri, pelaku perhotelan, operator transportasi, hingga UMKM lokal.
Komunikasi yang konsisten antar pemangku kepentingan akan menghasilkan pesan promosi yang selaras dengan realitas lapangan. Program pelatihan hospitality, sertifikasi manajemen event, dan peningkatan kompetensi bahasa asing menjadi langkah penting agar SDM Batam siap bersaing di tingkat regional (Judisseno et al., 2025).
Selain komunikasi eksternal, komunikasi internal juga memegang peran vital — terutama dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap manfaat sosial-ekonomi MICE. Ketika masyarakat memahami bahwa event besar membawa efek ekonomi positif bagi pelaku lokal, dukungan publik terhadap penyelenggaraan event akan meningkat.
Pendekatan Business-to-Public (B2P) seperti edukasi publik dan pelibatan UMKM dapat memperkuat legitimasi sosial kegiatan pariwisata (Rumerung et al., 2024).
Dalam era digital, keputusan komunikasi harus berbasis data. Informasi empiris seperti profil peserta, durasi kunjungan, tingkat kepuasan, dan pola pengeluaran menjadi dasar pengambilan keputusan promosi.
BPS Batam (2024) merekomendasikan penggunaan event tracking system untuk memantau dampak ekonomi setiap kegiatan MICE. Dengan begitu, strategi promosi dapat dievaluasi secara periodik dan disesuaikan dengan tren pasar global.
Pemanfaatan SEO marketing dan kolaborasi dengan platform daring juga memperkuat eksposur digital Batam.
Hasil riset Salim et al. (2025) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial seperti Instagram dan YouTube secara konsisten meningkatkan brand engagement hingga 42 persen, terutama bila dikombinasikan dengan narasi lokal dan visual autentik.
Isu keberlanjutan kini menjadi standar baru dalam komunikasi pariwisata. Konsep green event seperti efisiensi energi, pengurangan limbah plastik, dan pemberdayaan UMKM lokal yang tidak hanya memperkuat reputasi Batam sebagai destinasi modern, tetapi juga selaras dengan tren global (Gultom et al., 2025).
Selain itu, evaluasi berkala terhadap dampak ekonomi dan sosial dari kegiatan MICE perlu dilakukan agar promosi tetap akuntabel.
Sinergi lintas wilayah melalui kerja sama Segitiga Pertumbuhan SIJORI (Singapura–Johor–Riau) juga membuka peluang kolaborasi internasional yang lebih luas (Pratap, 2024).
Dengan jaringan ini, Batam berpotensi menjadi pusat logistik dan konvensi regional yang menghubungkan Asia dan Pasifik.
Contoh keberhasilan strategi ini dapat dilihat dari Indonesia MICE & Outdoor Expo (IMOX) 2025 yang menghadirkan lebih dari 200 peserta pameran dan 6.000 pengunjung internasional.
Bersama Batik Batam Fashion Week dan Kenduri Seni Melayu ke-26, Batam memperlihatkan bagaimana kegiatan MICE dapat memperkuat ekonomi kreatif sekaligus memperkenalkan identitas budaya lokal (Bpbatam, 2025; Mediacenterbatam, 2025).
Melalui pendekatan komunikasi yang berbasis data, digitalisasi promosi, serta kolaborasi lintas sektor, Batam berpeluang menjadi ikon MICE berkelas dunia di kawasan Asia Tenggara.
Bagi Indonesia, keberhasilan Batam bukan sekadar pencapaian lokal, tetapi simbol transformasi ekonomi berbasis pengetahuan, kolaborasi, dan inovasi komunikasi pariwisata. (*)
Penulis :
Hestiyani Wulandari
Mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sahid
| Polda Kepri Sebar 350 Personel di Operasi Zebra Seligi 2025, Ini Sasarannya |
|
|---|
| Wali Kota Batam Ikut Lepas 450 Prajurit Yonif 136/Tuah Sakti Jadi Satgas Pamtas Papua |
|
|---|
| Enam Ruko di Kawasan HBC Sekupang Batam Terbakar, Damkar Kerahkan 8 Armada ke Lokasi |
|
|---|
| Warga dan Karyawan Panik Berlarian saat Ruko di HBC Batam Terbakar, Damkar Turun Tangan |
|
|---|
| Serunya Shoping Race BNI Batam, Warga Bawa Pulang Belanja Gratis |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/batam/foto/bank/originals/bukit_wtb_welcome_to_batam.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.