Feature

Berkah Tahu Tempe di Natuna, Bambang Mampu Kuliahkan Anak hingga Ibadah Haji ke Tanah Suci

Kisah Bambang Sutrisno (55), perantau asal Malang, Jawa Timur, yang kini dikenal luas sebagai pemilik usaha 'Tahu dan Tempe Pak Bambang' di Natuna

Penulis: Birri Fikrudin | Editor: Dewi Haryati
Tribunbatam/Birri Fikrudin
PENGUSAHA TAHU TEMPE - Bambang Sutrisno (55), pengusaha tahu dan tempe di Kota Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, yang sukses wujudkan impiannya dan keluarga saat ditemui Tribunbatam.id di rumah produksinya. 

NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Rumah produksi sederhana di sudut Kota Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), menjadi saksi perjalanan panjang sang pahlawan keluarga.

Di balik aroma khas kedelai dan aktivitas jual beli yang tak pernah sepi, tampak sosok pria paruh baya dengan senyum ramah melekat di wajahnya.

Dialah Bambang Sutrisno (55), perantau asal Malang, Jawa Timur, yang kini dikenal luas sebagai pemilik usaha 'Tahu dan Tempe Pak Bambang'.

Selama dua dekade, produk olahannya menjadi langganan tetap di pasar, toko sayur, rumah sakit, hingga dapur rumah makan di Natuna.

Namun, siapa sangka di balik kesuksesannya hari ini, tersimpan kisah panjang tentang perjuangan, ketekunan, dan keyakinan naluri sang ayah yang memulai semuanya dari nol.

Dengan tekad yang besar, Bambang pertama kali menjejakkan kaki di Natuna pada 2003 silam, tepat ketika daerah ini baru saja dimekarkan menjadi kabupaten.

“Saya datang karena diajak teman satu kampung. Waktu itu, saya lagi jatuh dan terpuruk, usaha saya di Jawa bangkrut karena krisis ekonomi waktu itu,” ujarnya mengenang alasannya datang ke Natuna saat ditemui TribunBatam.id, di rumah produksinya, Selasa (14/10/2025).

Awalnya, Bambang tidak langsung berjualan tahu dan tempe.

Ia bekerja sebagai buruh proyek, mencari penghasilan tambahan untuk sekadar bertahan hidup dan membiayai keluarga kecilnya di kampung.

Namun, naluri berdagang yang sudah melekat pada dirinya sejak kecil, membawa Bambang melihat peluang besar.

“Saya lihat di sini waktu itu belum ada yang jual tempe tahu. Karena saya bisa buat, ya saya coba-coba. Tahun 2005 saya mulai jualan tempe dulu. Modalnya kecil, tapi saya tekuni,” tuturnya.

Di awal usahanya, Bambang memproduksi tempe dari dapur kecil di rumah kontrakan. 

Dari resep turun temurun keluarganya itu, ia membuat, mengemas, lalu menjual sendiri.

Setiap pagi, Bambang mengendarai motor tuanya berkeliling ke pasar, toko sayur, hingga rumah-rumah warga.

Satu per satu pelanggan pun mulai mengenal kualitas produknya.

Sumber: Tribun Batam
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved