Ponpes Al Khoziny Ambruk

Jeritan Rosi dan Alfatih Berbuah Manis, 3 Hari Bertahan di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Selama tiga hari, Rosi dan Alfatih harus menahan lapar, haus dan luka parah sambil menunggu bantuan dari Tim SAR gabungan.

|
Editor: Khistian Tauqid
SURYAMALANG.COM/M TAUFIK
EVAKUASI - Tim gabungan saat berusaha mengevakuasi para korban di reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Senin (29/9/2025). Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi lima santri yang terjebak di reruntuhan bangunan, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (1/10/2025). 

Berdasarkan pemantauan, terlihat momen krusial dalam operasi penyelamatan oleh Tim SAR di lokasi. 

Para petugas mengenakan perlengkapan pelindung lengkap—helm, seragam khusus, dan alat bantu seperti tali dan selang.

Mereka bekerja di medan berbahaya dan sempit, dengan koordinasi tinggi, ketelitian, dan keberanian luar biasa karena setiap detik nyawa menjadi taruhan. 

Proses evakuasi cukup dramatis lantaran petugas melewati galian sempit dengan diameter 60 cm dan harus dilakukan dengan kehati-hatian.

Perjuangan personel tim SAR evakuasi korban ini diungkap oleh Direktur Operasi Basarnas, Yudhi Bramantyo.

Yudhi mengungkapkan, metode penyelamatan terpaksa dilakukan dengan membuat galian sempit di bawah beton.

PONPES AMBRUK - Kondisi bangunan dua lantai yang ambruk di Pondok Pesantren Al Khoziny, Senin (29/8/2025) sore.
PONPES AMBRUK - Kondisi bangunan dua lantai yang ambruk di Pondok Pesantren Al Khoziny, Senin (29/8/2025) sore. (SURYAMALANG.COM/M TAUFIK)

Mengingat saat itu belum bisa digunakannya alat berat untuk proses evakuasi korban yang terjebak di reruntuhan bangunan.

“Galian dalam kondisi terbatas untuk dilewati dari segi diameter galian hanya 60 cm dengan kedalaman 80 cm," ungkap Yudhi dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025) mengutip KompasTV.

Dengan situasi tersebut, untuk menjangkau lokasi korban, evakuasi dilakukan tim SAR dengan merayap selama tiga jam.

"Personel harus merayap dalam posisi tengkurap tiga jam setiap shift agar bisa mencapai lokasi korban,” jelasnya.

Setelah sebelumnya proses evakuasi dilakukan secara manual, pada Kamis siang ini, tim SAR gabungan mulai melakukannya dengan mengerahkan alat berat.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto mengungkap upaya tersebut dilakukan usai tidak ditemukan lagi tanda-tanda kehidupan di bawah reruntuhan bangunan tersebut.

"Mulai tadi malam, setelah penemuan terakhir dalam kondisi selamat, itu kami rapat koordinasi tim gabungan menyatakan menggunakan alat-alat yang canggih, ada yang menggunakan drone termal secara ilmu pengetahuan tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan," ucapnya dalam Breaking News KompasTV, Kamis.

"Kami masih memberi waktu kepada tim gabungan dari kemarin sore sampai tadi pagi. Bahkan tadi malam disterilkan lokasi supaya sunyi, di tengah kesunyian itu mudah-mudahan ada kedengaran, tanda-tanda kehidupan. Ternyata sampai tadi pagi tidak ada (tanda kehidupan)," imbuhnya.

Menurut penjelasan Letjen Suharyanto, evakuasi menggunakan alat berat sudah berdasarkan persetujuan dari keluarga santri.

Sumber: Surya Malang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved