PENCULIKAN BILQIS
Dituding Terlibat Kasus Penculikan Bilqis, Orang Rimba Disebut Hanya Jadi Korban Situasi Sosial
KKI Warsi menyerukan agar penegakan hukum dan pemberitaan media dilakukan dengan perspektif perlindungan terhadap kelompok rentan.
TRIBUNBATAM.id, JAMBI - Kasus dugaan penculikan Bilqis, bocah empat tahun asal Makassar yang dibawa hingga ke Jambi, kini berkembang menjadi isu sosial yang lebih kompleks.
Pasalnya, nama Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) ikut terseret dalam pemberitaan.
Menanggapi hal itu, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi meminta publik untuk tidak terburu-buru menghakimi.
Menurut Robert Aritonang, antropolog KKI Warsi, persoalan ini harus dilihat secara utuh, bukan hanya dari permukaan.
“Orang Rimba sejatinya adalah korban dari situasi sosial, ekonomi, dan struktural yang menjerat mereka selama puluhan tahun,” ujar Robert, Senin (10/11/2025).
Robert menjelaskan, kelompok Orang Rimba kehilangan hutan yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Ketika wilayah adat berubah menjadi perkebunan dan konsesi perusahaan besar, mereka kehilangan akses terhadap pangan, air, dan sumber penghidupan.
Dalam kondisi seperti itu, katanya, kerentanan sosial meningkat tajam, membuat Orang Rimba mudah dimanfaatkan oleh pihak luar yang memiliki kepentingan tertentu.
“Hilangnya ruang hidup menimbulkan apa yang kami sebut sebagai crash landing sosial ketika mereka tiba-tiba harus berhadapan dengan dunia luar yang asing dan sulit mereka pahami,” jelas Robert.
Ia menambahkan, kelompok yang disebut-sebut terlibat dalam kasus Bilqis merupakan Orang Rimba Sawitan, yang tinggal di wilayah sekitar perusahaan besar di Merangin, Jambi.
Menurut keterangan Begendang, salah satu anggota kelompok tersebut, ia dan istrinya didatangi seorang warga luar yang membawa seorang anak perempuan bernama Bilqis ke perkampungan mereka di sekitar Mentawak.
“Orang luar ini meminta agar anak itu dirawat. Katanya, anak tersebut berasal dari keluarga kurang mampu dan diserahkan secara sah oleh ibunya dengan surat bermeterai Rp10 ribu,” tutur Robert.
Namun, dua hari kemudian, muncul kabar bahwa anak tersebut dilaporkan hilang dan diduga diculik.
Menyadari hal itu, Begendang langsung menyerahkan Bilqis ke pihak berwenang.
Robert menegaskan, dalam kasus ini Orang Rimba bukan pelaku kejahatan, melainkan korban dari sistem yang lebih besar — sistem yang menyingkirkan mereka dari tanah, pendidikan, dan layanan dasar.
“Ada pihak lain yang memanfaatkan kerentanan mereka. Melalui bujukan atau janji ekonomi, Orang Rimba dijadikan alat dalam jejaring kejahatan yang mereka sendiri tidak pahami,” ungkapnya.
KKI Warsi menyerukan agar penegakan hukum dan pemberitaan media dilakukan dengan perspektif perlindungan terhadap kelompok rentan.
| Alur Pelaku Culik hingga Jual Bilqis di Jambi, Korban Perdagangan Anak Jaringan Lintas Pulau |
|
|---|
| Peran 4 Tersangka Kasus Penculikan Bilqis di Makassar, Jual Lewat FB dengan Modus Adopsi |
|
|---|
| Siasat Licik Pelaku Penculikan Bilqis di Makassar, Pancing Korban Pakai 2 Anak Kandung |
|
|---|
| Sosok Mery dan Ade Friyanto Pelaku Penculikan Bilqis, Pernah Kerja di Pemprov Jambi |
|
|---|
| Motif 3 Pelaku Culik Bilqis dari Makassar, Korban Dijual Puluhan Juta di Jambi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/batam/foto/bank/originals/Bilqis-bocah-tiga-tahun-korban-penculikan-tiba-di-Mapolrestabes-Makassar-Minggu-9112025.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.