BATAM TERKINI

Program RTLH Terancam Molor, Pergantian Material Bangunan Jadi Kendala  

"Ini selalu menjadi perhatian kami setiap tahunnya. Apalagi dalam laporan realisasi pelaksanaan yang sudah mendekati akhir tahun.

Istimewa
Ilustrasi rumah penerima RTLH 

TRIBUNBATAM.id, BATAM-Tahun ini, Pemerintah Kota (Pemko) Batam akan memperbaiki 125 rumah tidak layak huni (RTLH) di mainland dan hinterland dengan anggaran Rp 3,284 miliar.

Diantaranya sebanyak 50 rumah di perkotaan (mainland) dan 75 rumah di hinterland. Untuk satu rumah dianggarkan Rp 25 juta.

Menjelang akhir triwulan ketiga, program pembangunan 125 RTLH masih tahapan lelang. DPRD kota Batam menilai program ini bakal tidak terealisasi tepat waktu.

"Ini selalu menjadi perhatian kami setiap tahunnya. Apalagi dalam laporan realisasi pelaksanaan yang sudah mendekati akhir tahun. Sebenarnya kalau sesuai prosedur pelaksanaannya sudah selesai sebelum akhir tahun," ujar Anggota Komisi IV DPRD Kota Batam Aman, Selasa (25/9/2018).

Diakuinya pada triwulan kedua program tersebut sudah memasuki tahap lelang. Sementara di 2018 ini tinggal beberapa bulan lagi.

Efek pengerjaan yang terbutu-buru, pelaksanaan perbaikan rumah ini bisa dipastikan asal-asalan. kontraktor atau pemenang diburu waktu dalam menyelesaikannya. Tentunya, akan berdampak langsung terhadap kualitas bangunan yang diterima oleh masyarakat.

"Saya kira ini bakalan molor lagi seperti tahun sebelumnya," ujar Aman.

Baca: Tanah Tutupi Lantai Halte, Ini Kata Kepala Dishub-LH Anambas

Baca: Optimis Peserta JKN-KIS Meningkat, BPJS Kesehatan Perkenalkan Kantor Baru di Km 16 Topaya

Baca: Lapak Digusur, Pedagang Sayur Ini Jualan di Parkiran Mobil Dinas Bupati Karimun

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial dan Pemakaman (Dinsospam) Kota Batam Hasyimah mengakui saat ini proses lelang masih berjalan. Pihaknya yakin pengerjaan ini tidak gagal lelang dan bisa selesai dalam tahun ini.

"Ada kendala di lapangan yaitu pergantian material bangunan dari kayu menjadi rangka baja ringan. Tidak bisa sepenuhnya diterapkan terutama mereka yang tinggal di hinterland atau pesisir. Sedangkan untuk yang di mainland semua setuju menggunakan rangka baja, mereka yang di pesisir tetap minta kayu," paparnya.

Hasyimah menambahkan proses perbaikan rumah ini akan menggunakan dua material yakni kayu dan rangka baja ringan. Dirinya berharap perbedaan material ini bisa mempermudah peserta lelang dalam menyediakan bahan baku dan perbaikan rumah yang tak layak bisa segera terealisasi. (rus)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved