HUT KE 72 KEMERDEKAAN RI
10 Tahun Benci dan Dendam Karena Ayahnya Dihukum Mati Negara, Kini Zulia Jadi Anggota Paskibra
Mahendra menuturkan dirinya sempat lama memendam amarah dengan negara ini. Katanya, sudah 10 tahun
Katanya, akan muncul pendendam-pendendam baru saat ia membalas dengan pengrusakan dan pembunuhan.
Kini, Mahendra bersama mantan teroris yang kakinya diamputasi, Syaiful Arif, lalu Khoerul Mustain anak sulung Nurminda (terpidana 4 tahun penjara karena terlibat bom Bali, sebagai penyedia bahan peledak, penyimpan senjata dan amunisi) mau menjadi petugas pengibar bendera di Hari Kemerdekaan Indonesia.
Kala itu Mahendra, Syaiful dan Khoerul sangat sempurna menjalankan tugas.
Pengakuan, Ali Fauzi
Sementara, Ali Fauzi yang juga mantan teroris, pentolan JI, intruktur perakit bom dan kini pendiri Lingkar Perdamaian berkata begini:
"Awalnya sangat susah menyadarkan keponakan (Zuli Mahendra, red) dan butuh waktu lama," ungkap Ali Fauzi.
Seringkali bertandang ke rumah sang paman, dan setiap kali kedatangannya hanya minta diajari membuat bom. Intinya untuk balas dendam.
Namun akhirnya menyadari itu bagian dari suratan hidupnya. Perlahan - lahan Ali Fauzi akhirnya mampu menyadarkan keponakannya itu.
Diacara upacara HUT RI ke 72 dengan Irup Kapolres Lamongan, AKBP Juda Nusa Putra benar-benar beda.
Perwira upacaranya adalah mantan kombatan, Yusuf Anis (54) alias Aris alias Abu Hilal alumni Akmil Afganistan 1991 selama 3 tahun. Ia belajar maprading, wiapon (senjata), taktik, peledakan atau field enggeneering peledakan.
Putra asli Lamongan ini kemudian menjadi instruktur andalan Al- qaida di camp Sada selama lima tahun pulang pergi.
Dan berlanjut mengajar di camp Hudaibiyah Mindanao Philipina Selatan, selama setahun mengajar taktik infantri pada 1997.
Ia juga bersama Umar Patek dan Dul Matin.
Yusuf juga berjuang ke Afganistan (1988 - 1993), berawal dari pengajian kelompok di Malang.
Di Afgan ikut melawan Rusia.