Harga Menggiurkan, Warga Satu Dusun di Sragen Beramai-ramai Jadi Pemburu Kelabang

"Jika ada ular, saya mending lari. Digigit kelabang paling bengkak, digigit atau dibelit ular bisa mati," ujarnya terkekeh.

tribunjogja
Ilustrasi kelabang yang banyak dicari orang, salah satunya untuk obat. 

"Saya pasti bawa teman. Takutnya kalau sendiri pas ada kejadian yang tidak diinginkan, tak ada yang menolong," jelasnya.

Tak banyak pula teman yang dia ajak.

Pasalnya, semakin banyak teman saingannya mencari, maka hasil perburuan pun menjadi sedikit.

Tidak inginkah bekerja selain mencari kelabang?

"Ya, jelas ingin. Tidak blusukan ke ladang atau alas seperti sekarang. Tapi saya lebih berat keluarga saya karena pernah merantau," terang dia.

Pencarian kelabang selain di Sragen pernah dilakukannya di Boyolali, Karanganyar, Klaten, dan Grobogan.

Sesekali pula dia sampai ke Ngawi di Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Sragen. Ngawi adalah daerah pencarian favoritnya.

"Kalau mau dapat banyak, mencari di alas-alas Ngawi. Banyak kelabang di sana," paparnya.

Karmanto, ayah Dika mengatakan sudah sejaksejak se dasar bahkan sudah mencari kelabang.

"Jadi sejak SD, saya diajak bapak saya berburu kelabang. Kemudian setelah menikah dan punya anak, saya juga anak saya Dika mencari kelabang. Saat itu dia sudah SMP," terang Karmanto.

Apakah hasil pekerjaan berburu kelabang ini cukup menghidupi keluarga?

"Cukup nggak cukup. Manusia itu selalu kurang," papar Karmanto.

Di saat musim kemarau, Karmanto juga menjadi kuli bangunan.

Formasi Persib 2019 Dikaitkan dengan Fabiano Beltrame. Nilai Transfer Rp1,6 Miliar

Intip 5 Tips Gaya Hidup Sehat Ala Keluarga Kerajaan Inggris

Kelabang memang jarang ditemui pada musim kemarau.

Suwito (50), tetangga warga Teguhan ini sudah sejak dua tahun lalu menjadi pengepul kelabang dari masyarakat setempat.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved