DAMPAK TIKET PESAWAT MAHAL

Tiket Pesawat Naik Berdampak ke Industri Pariwisata, Rustam Efendi: Bisa Matikan Usaha Pariwisata

Dampak naiknya tiket pesawat membuat beberapa bandara mengalami sepi penumpang dan berimbas pada sektor pariwisata.

TRIBUNBATAM/LEO HALAWA
Ilustrasi/Dua pesawat dari 2 maskapai di Bandara Hang Nadim, Selasa (7/11/2017) 

TRIBUNBATAM.id - Dampak naiknya tiket pesawat membuat beberapa bandara mengalami sepi penumpang.

Hal tersebut membuat banyak maskapai mengalami pembatalan penerbangan.

Seperti di Bandara Hang Nadim Batam pada Kamis (7/2/2019), ada 14 maskapai mengalami pembatalan penerbangan dikarenakan sepi penumpang.

"Yang membatalkan itu ada dari maskapai Garuda satu penerbangan, Lion ada sembilan penerbangan, Wing Air ada tiga penerbangan, dan Citylink ada satu penerbangan," kata Direktur BUBU Bandara Hang Nadim Batam, Swarso, Kamis (07/02/2019).

Tak hanya itu, dampak kenaikan tiket pesawat ternyata juga berimbas pada sektor pariwisata.

Pengamat ekonomi Unsyiah, Rustam Efendi meminta pemerintah secepatnya mengendalikan harga tiket pesawat yang gila-gilaan kepada harga yang wajar agar tidak berimbas bahkan mematikan sektor usaha lainnya, termasuk industri pariwisata.

Sepi Penumpang Karena Tiket Pesawat Naik, 14 Penerbangan di Batam Dibatalkan, Lion Air Paling Banyak

Penumpang di Bandara Hang Nadim Sepi, Porter: Sekarang Bisa Main Sepak Bola di Bandara

Bandara Hang Nadim Sepi, Penumpang: Gila Mahal Banget Tiket, ke Pekanbaru Hampir Rp 800 Ribu

“Ya, tiket pesawat yang mahal bisa mematikan usaha yang telah berkembang di masyarakat termasuk industri pariwisata dengan berbagai sektor ikutannya,” kata Rustam menjawab Serambi,  menanggapi sorotan masyarakat terhadap tingginya harga tiket pesawat rute domestik sejak beberapa waktu terakhir.

Dikatakan Rustam, dengan mahalnya harga tiket pesawat membuat minat kunjungan wisatawan baik nasional maupun luar negeri menjadi berkurang.

“Bayangkan saja, untuk sekali penerbangan dari Jakarta ke Aceh, dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia, misalnya harus merogoh kocek sampai Rp 3 juta. Ini tentu membuat orang berpikir ulang untuk melakukan perjalanan,” ujar Rustam.

Secara keseluruhan, lanjut Rustam, dampak mahalnya harga tiket pesawat melesukan bahkan membunuh berbagai usaha yang memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi.

“Jika itu terganggu tentu saja akan menambah jumlah pengangguran dan kemiskinan,” tandasnya.

Suasana di bandara Hang Nadim masih sepi, Jumat (8/2/2019) yang diduga akibat kenaikan harga tarif pesawat
Suasana di bandara Hang Nadim masih sepi, Jumat (8/2/2019) yang diduga akibat kenaikan harga tarif pesawat (TRIBUNBATAM.ID/DIPA NUSANTARA)

Rustam juga mengamati fenomena di kalangan masyarakat Aceh sejak beberapa waktu terakhir yaitu menyiasati mahalnya harga tiket pesawat rute domestik dengan cara menempuh rute Banda Aceh-Jakarta via Kuala Lumpur. Dengan cara itu, harga tiket bisa dihemat hingga Rp 2 juta.

“Meskipun bagi sebagian masyarakat itu dianggap sebagai solusi, namun tidak bisa dibiarkan karena masyarakat akan membelanjakan uangnya di Kuala Lumpur selama transit. Dalam setahun bisa mencapai puluhan miliar. Ini artinya semakin banyak uang dari Aceh mengalir ke luar negeri,” kata Rustam.

Menurut Rustam, yang jadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana maskapai asing seperti AirAsia bisa menjual tiket lebih murah dari maskapai nasional. Padahal jalur yang ditempuh lebih panjang.

“Saya pikir harus ada solusi secepatnya. Kalaupun sudah ada kesepakatan untuk menurunkan harga tiket pesawat oleh maskapai yang berhimpun di dalam wadah INACA, itu harus benar-benar pada harga yang wajar,” kata Rustam Efendi.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved