Sugeng Pelaku Mutilasi dari Dulu Bikin Gempar. Pernah Bakar Rumah, Potong Lidah Pacar dan Pukul Ayah
Sugeng ini dari dulu selalu bikin gempar warga. Bahkan, Sugeng juga pernah diusir dari sini (Jodipan) sekitar 7-8 tahun lalu
Seorang petugas yang masih berada di depan Panca Budhi kemudian iseng memanggil nama Sugeng.
Orang tersebut langsung menoleh dan menyahut karena namanya dipanggil sehingga petugas pun langsung mencokok pria tersebut.
"Jadi petugas ada yang iseng memanggil Sugeng. Orang tersebut menoleh dan menjawab 'iya'," terang Asfuri.
Setelah ditangkap, Sugeng kemudian dibawa ke TKP dan dimintai keterangan oleh petugas.
Berdasarkan kesaksian Sugeng, ia mengaku kenal dengan korban mutilasi tersebut.
Sugeng berkenalan dengan korban di depan Klenteng Eng An Kiong pada Sabtu (11/5/2019).
Detelah berkenalan, Sugeng membawa korban ke Pasar Besar pada pukul 07:00 WIB.
Sugeng mengaku korban sedang dalam kondisi sakit. Dari kemaluan korban, juga keluar darah.
"Menurut kesaksian yang bersangkutan, nama korban itu 'Maluku'. Entah itu nama korban, atau tempat tinggal korban, tapi yang bersangkutan hanya menyebut itu," ucap Asfuri.
• Satu Wanita yang Ditangkap Polisi Masih Berstatus Saksi Terkait Video Ancaman Penggal Jokowi
• Tanggapan Jokowi Terkait Penolakan Hasil Pemilu oleh Kubu Prabowo: Negara Ini Diatur Konstitusi
• Warga Gerebek Rumah Oknum PNS Wanita, Kedapatan Bawa Pria Selingkuhan di Dalam Rumah
Menurut Sugeng, korban kemudian meninggal dunia pukul 17.00 WIB.
Sugeng membenarkan bahwa dirinya telah melakukan mutilasi terhadap tubuh korban pada Hari Senin (13/5/2019), tiga hari setelah wanita itu meninggal.
Sugeng menyebut dirinya memutilasi menggunakan gunting taman karena permintaan korban,
Sugeng memotong-motong tubuh korban dalam enam bagian.
Setelah memotong-motong tubuh korban, Sugeng kemudian meninggalkan tubuh wanita tersebut di parkiran lantai II Pasar Besar.
"Kami masih menyelidiki kasus mutilasi ini. Mulai dari motif mutilasi dan apakah Sugeng ini membunuh korban. Ini yang masih kami selidiki," ucapnya.
Hingga berita ini diunggah, polisi masih memeriksa Sugeng.
Nama-nama Jadi Petunjuk

Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri sebelumnya menjelaskan, mutilasi tubuh korban dilakukan tiga hari setelah wanita yang diperkirakan berusia 34 tahun itu meninggal.
Korban dan terduga pelaku baru berkenalan sembilan hari lalu sekitar pukul 06.30 WIB di depan Kelenteng En Ang Kiong.
"Jadi pada saat berkenalan, korban ini dalam keadaan sakit kemudian dibawa ke Lantai 2 Pasar Besar. Kemudian pada pukul 17.00 WIB, terduga pelaku menjumpai korban meninggal," kata Asfuri, Rabu (15/5/2019).
Sugeng adalah pengangguran dan berstatus sebagai duda.
Informasi yang diperoleh kepolisian, terduga pelaku mempunyai riwayat pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
• Kisah See Quey, Kanibal Top Thailand Tahun 50-an Pemakan Jeroan Anak. Kenapa Warga Kini Membelanya?
• Rekan Bisnis Bongkar Sepak Terjang Istri Najib Razak Rosmah Mansor: Dia Tamak, Dia Mau Semuanya!
"Informasi yang kami terima pernah (melakukan KDRT). Terkait motif dan bagaimana kasus ini masih akan kami dalami," pungkasnya.
Potongan tubuh jasad korban mutilasi pertama kali ditemukan pedagang di Pasar Besar pada Selasa (14/5) setelah mencium bau busuk menyengat. Korban mutilasi itu diketahui berjenis kelamin perempuan dan diperkirakan berusia 34 tahun.
Eks Gedung Matahari Department Store di Pasar Besar telah lama tidak dipakai sejak Pasar Besar kebarakan pada 2017 lalu.
Temuan mayat wanita yang sudah dipotong menjadi enam bagian tersebut meninggalkan jejak yang cukup aneh saat ditemukan.
Bersama korban, ada surat yang berisi tulisan yang membingungkan, tetapi terdapat beberapa nama pria.
Ada nama Sujito, Suyitno dan Wahyu di kertas.
Sedangkan nama Sugeng yang ternyata pelaku mutilasi ditato di telapak kaki sebelah kanan korban.
Meskipun pelaku mutilasi sudah ditangkap, anggota Polres Malang Kota sedang menyelidiki barang bukti tulisan tersebut.
Lacak Petunjuk dan Sketsa Wajah
Selain empat nama itu, petunjuk lain yang ditemukan adalah tato dan bukti tulisan.
Beberapa petunjuk dari kertas itu kini menjadi fokus pelacakan polisi untuk mengungkap identitas korban mutilasi tersebut.
Termasuk nama Gereja Comboran yang tertulis di telapak kaki kiri korban.
Kemudian ada tulisan Muharto Gang V di sebuah kertas yang telah diamankan.
"Jadi tim kami sudah terjun ke tempat-tempat yang telah tertulis dari hasil barang bukti pada saat olah TKP. Kami juga telah mencari beberapa nama orang yang juga tertulis baik di tubuh korban dan kertas," tegas Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri, Rabu (15/5/2019).
Selain itu, polisi juga membuat sketsa wajah korban untuk mencari orang-orang yang mungkin kenal dengannya serta menelusuri latar belakangnya.
Asfuri juga telah memeriksa enam saksi terkait kasus mutilasi.
Dua dari pedagang pasar besar, tiga orang dari pengawas dan security dan satu lagi dari masyarakat yang kehilangan keluarganya.
"Kami telah memeriksa enam saksi, lima di antara saksi tidak mengarah ke terduga pelaku ataupun korban. Begitu juga dengan keluarga yang melapor ke Polresta pada Selasa (15/4/2019) malam," ujarnya.
Mayat korban mutilasi ditemukan di eks Gedung Matahari Department Store Pasar Besar hari ini sekitar pukul 13.30 WIB.
Potongan Mayat Terpisah
Tubuh korban mutilasi itu dipotong menjadi enam bagian dan ditemukan secara terpisah.

Eks gedung Matahari Department Store telah lama tidak ditempati sejak Pasar Besar terbakar dua tahun lalu.
Menurut kesaksian Trisno Harianto, pedagang di Pasar Besar mengatakan, penemuan mayat mutilasi itu bermula saat dirinya mencium bau busuk.
"Bau busuk itu menyengat dari bawah, karena penasaran kami dengan pedagang sepakat untuk naik ke atas," ujarnya.
Potongan tubuh mayat korban mutilasi ditemukan berpencar di tiga titik berbeda.
Potongan kedua kaki ditemukan di tangga sisi timur bersama potongan tangan.
Sementara kepala dan tubuh korban masing-masing ditemukan di tangga bagian tengah dan kamar mandi.
Potongan mayat manusia ini pertama kali ditemukan oleh Samsul Arifin, seorang pedagang bunga.
Ia mengaku mencium bau yang tidak sedap saat membuka kios dagangannya pada pagi hari.
Dia mengatakan, sebenarnya, bau tak sedap itu sudah diciumnya selama tiga hari. Namun, dia sama sekali tak menggubrisnya.
Karena penasaran aroma busuk tak kunjung hilang, dia dan kakaknya berinisiatif mencari sumber bau dan berniat menyingkirkannya. Semula, dia mengira aroma itu berasal dari bangkai hewan.
Saat itulah, dia mengetahui bahwa aroma busuk yang belakangan dia cium, berasal dari potongan mayat manusia yang sudah membusuk.
Hingga ia bersama dengan pedagang yang lain melaporkan kejadian itu kepada pengurus pasar.
"Baunya bikin kepala pusing, hingga akhirnya kakak saya Abdul Adhim bersama Hilman memutuskan untuk naik ke atas sambil membawa pengki," ujarnya.
Bersama sang kakak, Abdul Adhim (51), Arifin menemukan potongan kaki manusia.
Ia awalnya mengira hanyalah sebuah manekin, setelah dilihat dengan seksama memang benar kaki dari manusia.
"Setelah menemukan potongan tubuh itu kakak saya langsung bilang ke saya ada korban mutilasi. Langsung seisi pasar ini gempar," ujarnya.
Tak lama berselang, petugas kepolisian, Tim Inafis Polres Malang kota, RJT, PMI dan relawan langsung datang ke lokasi kejadian.
Pada waktu itu, suasana telah ramai oleh warga maupun pedagang yang ingin melihat bagian tubuh dari korban.
Setelah suasana disterilisasi, petugas kemudian melakukan olah TKP dan juga mengevakuasi potongan tubuh korban mutilasi tersebut.
Pada saat melakukan olah TKP, Tim Inafis juga menemukan potongan tangan korban yang posisinya tak jauh dari penemuan kaki korban.
Kemudian, Tim Inafis juga menemukan potongan kepala korban, dan yang terakhir tubuh korban ditemukan di kamar mandi.
"Jadi, tubuh korban ini ditemukan di lokasi yang sama namun tempatnya berbeda-beda," ucap Agus Demit, tim relawan pada saat membantu evakuasi.