Najib Razak Diberi Julukan Optimus Prime oleh Jho Low saat Mengatur Rekening Bank
Mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak mendapat julukan "OP" alias "Optimus Prime" --tokoh dalam film Transformer oleh Jho Low yang kini buron
TRIBUNBATAM.ID, KUALA LUMPUR - Mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak mendapat julukan "OP" alias "Optimus Prime" --tokoh dalam film Transformer-- oleh penghusaha Low Taek Jho atau Jho Low yang saat ini buron skandal 1MDB.
Hal itu terungkap dalam persidangan Pengadilan Tinggi Malaysia, Selasa (6/8/2019), saat mantan manajer komunikasi Ambank Joanna Yu Ging Ping bersaksi di pengadilan.
Najib Razak saat ini disidang terkait aliran dana SRC International, anak perusahaan 1MDB, ke rekening pribadinya melalui tiga akun rekening Najib Razak di AmBank.
Mantan PM Malaysia Najib Razak diketahui menghabiskan US $ 800.000 untuk membeli perhiasan dalam satu hari, menggunakan kartu kredit yang tagihannya kemudian dibayar oleh SRC International.
• Najib Razak Sering Melabrak Aturan Perbankan, Tapi Semua Beres Setelah Bank Menelepon Jho Low
• Atas Permintaan Jho Low, Buron Skandal 1MDB, Rekening Najib Razak di Bank Pakai Kode Khusus
• Sehari, Najib Razak Beli Perhiasan Rp 11,5 Miliar Pakai Kartu Kredit, Dibayar Oleh Orang Ini
Dalam obrolan BlackBerry Messenger antara Joanna dan Jho Low yang sangat berperan dalam menyelesaikan masalah rekening Najib Razak, Jho Low sempat menanyakan kepada Joanna terkait akun "OP" saat Najib harus menandatangani cek sebesar 10 juta ringgit atau Rp 35 miliar.
Joanna mengatakan bahwa akun Najib Razak terancam dibekukan oleh manajer bank karena menarik uang secara berlebihan dalam jumlah besar.

Ketika ditanya oleh pengacara mengapa dia berusaha keras untuk memastikan cek Najib tidak dipermasalahkan, Joanna mengatakan "itu adalah akun perdana menteri. Itu akan memalukan jika terjadi masalah."
Jho Low disebut oleh oleh jaksa penuntut Amerika Serikat sebagai tokoh sentral dalam skandal 1MDB yang merugikan negara hingga US$ 4,5 miliar
Diadili atas tuduhan tuduhan korupsi yang terkait dengan skandal 1MDB (1Malaysia Development Berhad), perusahaan investasi negara yang dijarah dengan kerugian sekutar US $ 4,5 miliar atau sekitar Rp 63 triliun.
Joanna pekan lalu mengakui di pengadilan bahwa ia menggunakan uangnya sendiri untuk menutupi rekening Najib Razak yang terus-menerus ditarik, meskipun uang itu dikembalikan pada hari berikutnya.
Bahkan, setelah akun rekening Najib ditutup pada tahun 2015, Joanna juga dipaksa mengundurkan diri oleh manajemen bank.
Najib bukan satu-satunya yang menerima nama kode. Bulan lalu, pengadilan mendengar bahwa Low menyebut dirinya "FL", kependekan dari fei lou, atau "anak gendut" dalam bahasa Kanton.
Reputasi Jho Low, pengusaha yang kini buron terkait skandal 1MDB memang luar biasa, terutama di lingkaran kekuasaan mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Tidak hanya sebagai pengusaha yang berpengaruh dan mampu mengendalikan perusahaan-perusahaan BUMN Malaysia seperti halnya 1 Malaysia Development Berhad.
Akan tetapi, Jho Low juga punya pengaruh besar dalam berbagai masalah keuangan yang dihadapi mantan PM Malaysia Najib Razak.
Selain itu, jika belanja menggunakan kartu kredit, juga kadang dengan trnsaksi dalam jumlah besar, bahkan hingga RM2,6 juta dalam sehari.
Nah, jika Najib Razak mengalami masalah dengan perbankan, termasuk kartu kreditnya, maka Joanna tinggal menghubungi Jho Low dan semua masalah akan beres, kata Joanna saat bersaksi pada 22 Juli lalu.

Joanna mengatakan bahwa dia dihubungi secara pribadi oleh Jho Low ketika Najib Razak gagal bertransaksi di Hawaii pada bulan Desember 2014
Selain julukan OP untuk Najib Razak, rekening mantan PM Malaysia yang digulingkan dalam Pemilu 2018 lalu itu, rekeningnya juga mendapatkan kode khusus "MNR".
Sebelumnya, seorang pejabat AmBank menyebutkan bahwa akun Najib Razak termasuk akun berprofil tinggi dan rahasia sehingga hanya diberi kode MNR.
“Saya menerima pesan dari Jho yang mengatakan kartu kredit Visa platinum tidak bisa digunakan. Pesan itu termasuk instruksi untuk memanggil pejabat AmBank dan departemen kartu kredit mereka," katanya, seperti dilansir TribunBatam.id dari Malay Mail.
"Saya bilang, saya akan memeriksa, karena dia meminta untuk memeriksanya sesegera mungkin."
"Jho mengatakan, Najib di Hawaii dan ingin belanja lebih dari US $ 100.000," katanya menjawab pertanyaan jaksa penuntut V Sithambaram dalam persidangan tersebut.
Joanna mengatakan bahwa ada dua kartu kredit atas nama Najib, yakni Platinum Mastercard dan Platinum Visa, ketika Najib membuka tiga rekening giro bersama AmBank pada Juli 2013.
Kartu Visa bernomor 4585818000005496, dan Mastercard 5289438000038961, diberikan kepada Najib sekitar Agustus tahun 2013.
Dikendalikan Jho Low
Joanna mengatakan, biasanya ia akan menghubungi Jhi Low, bahkan jika Nik Faisal Ariff Kamil (mantan CEO SRC International) tidak dapat dihubungi.
Nik Faisal sebenarnya personel yang berwenang untuk mengelola semua rekening bank Najib berdasarkan surat kuasa yang ditandatangani oleh Najib.
Antara 2011 dan 2015, Najib memiliki total lima akun AmBank, empat rekening giro dan satu tabungan.
"Saya (seharusnya) berhubungan dengan Nik, tapi jika saya tidak bisa menghubunginya, saya akan menghubungi Jho Low," kata Joanna.
"Mengapa Anda menghubungi Jho Low, padahal dia bukan pemegang akun?" tanya jaksa.
"Dia bukan pemegang mandat untuk memberi kami instruksi tertulis, namun, dia adalah orang yang memfasilitasi pembukaan rekening giro pertama Najib. Seringkali saya menerima pesan darinya menanyakan saldo akun, apakah itu penarikan berlebihan atau tidak," kata Joanna.

Selain itu, Nik Faisal hanya diberi wewenang terkait transaksi penarikan atau penyetoran dari rekening Najib dan instruksi transfer dana yang hanya terbatas di antara rekening milik Najib di dalam bank.
Sementara itu, Jho Low bisa menyelesaikan transaksi di luar itu, termasuk belanja Najib Razak di luar negeri, jika jumlahnya besar.
"Dia mampu mengatasi berbagai masalah dan mengatakan bahwa dana akan disetor," katanya.
Ditanya apakah ada alasan lain yang bisa dipikirkannya di samping alasan yang disebutkan di atas, Joannya mengatakan bahwa Jho Low tampaknya berhubungan dekat dengan Najib dan Nik Faisal.
“Dia sepertinya berhubungan dengan pemegang akun dan mandat. Ketika saya tidak bisa menghubungi Nik Faisal, saya mengirim SMS ke Jho Low, lalu tiba-tiba saya mendapat telepon dari Nik Faisal,” katanya.
Ditanya mengapa dia tidak menghubungi Najib secara pribadi ketika pemegang mandat akun yang ditunjuk tidak dapat dijangkau, Joanna mengatakan bahwa dia tidak memiliki akses langsung ke Najib.
"Saya tidak memiliki akses langsung ke Datuk Najib dan kami memiliki instruksi untuk hanya berurusan dengan Nik Faisal sebagai pemegang mandat dan kami harus mengikuti surat mandat," katanya.
Joanna juga mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak menangani akun lancar.
Namun kadang-kadang, kantor cabang seringkali melaporkan bahwa Najib melakukan transaksi berlebihan, seperti menandatangani cek dalam jumlah besar, sehingga hal itu kemudian menjadi wewenang pusat.
Joanna berterus terang bahwa kadangkala Najib Razak bukanlah seorang nasabah yang baik karena sering melakukan pelanggaran aturan perbankan, namun mereka tidak mungkin menyampaikannya karena ia seorang PM.
"Maksud saya dia adalah, ketika Anda mengeluarkan cek, Anda harus memiliki dana. Tetapi kami kan tidak ingin muncul keluar bahwa PM Malaysia tidak memiliki dana," katanya.
Menurut Joanna, masalah Najib tidak hanya pada AmBank saja, tetapi juga menjadi perhatian Bank Negara Malaysia, yang sempat mengeluarkan peringatan merah akibat frekuensi pelanggaran.
"Kami ditekan dengan situasi penarikan yang terlalu sering. Manajemen senior bahkan telah mengusulkan untuk menutup akun Najib menjelang akhir 2014," katanya.
Joanna mencontohkan peristiwa awal 2015 ketika bank memperingatkan bahwa salah satu akun Najib terpaksa di-suspend karena kekurangan RM800.000 untuk ditransfer ke Solar Shine Sdn Bhd dan memperingatkan bahwa cek akan dikembalikan ke pemilik.
Solar Shine disebutkan sebelumnya selama persidangan sebagai salah satu dari 15 penerima cek dengan total lebih dari RM10,77 juta yang dikeluarkan di bawah rekening bank yang terdaftar atas nama Najib.
“Kami ingin akun ditutup karena terlalu banyak dan kami terus berkata 'Anda tidak bisa terus melakukan ini'. Kami mencoba untuk mendapatkan instruksi dari pemegang mandat untuk menutup akun,” katanya.
Najib, kata dia, terus-menerus berurusan dengan situasi di mana dana mendesak dibutuhkan tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang transaksi yang berlebihan.
Pada saat itulah Jho Low menjadi orang penting yang menyelesaikan berbagai masalah Najib Razak.
Najib Razak saat ini menghadapi lebih dari 40 tuduhan pencucian uang dan penyalahgunaan kekuasaan. Persidangan pertamanya baru tentang aliran dana sebesar 42 juta ringgit atau sekitar Rp 147 miliar.
Total uang yang masuk dan keluar dari ke rekening Najib sendiri mencapai RM606,51 juta untuk tiga akun Ambank milik Datuk Seri Najib Razak antara Juli 2013 dan Maret 2015, menurut dokumen keuangan yang diajukan dalam persidangan.
Najib telah menutup ketiga rekening giro pada 9 Maret 2015.
Menolak Delegasi Swiss
Najib Razak juga disebutkan menolak delegasi resmi yang dipimpin pemerintah ke Swiss ketika RM3 miliar milik SRC International Sdn Bhd dibekukan oleh pemerintah Swiss atas dugaan pencucian uang pada 2013.
Mantan menteri keuangan kedua (wakil) Ahmad Husni Mohamad Hanadzlah, yang merupakan saksi ke-56 jaksa, bersaksi bahwa ia bertemu dengan Najib dan meminta izin membawa delegasi yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Negara Malaysia dan Dana Pensiun Incorporated (KWAP) ) untuk mengklarifikasi masalah ini dengan otoritas Swiss.
“Saya diberitahu ada dana investasi SRC International yang disimpan di bank di Swiss di mana jumlah totalnya lebih dari RM3 miliar yang dibekukan oleh pemerintah Swiss karena pelanggaran terkait pencucian uang.
“Saya kemudian mendatangi Najib Razak dan meminta izinnya untuk membawa delegasi untuk menyerahkan dokumen bahwa dana itu sebenarnya adalah pinjaman dari KWAP. Namun, perdana menteri yang terhormat tidak memberikan persetujuannya bagi saya untuk bertindak demikian," katanya.
SRC International sebelumnya memperoleh dua pinjaman berjumlah RM4 miliar dari KWAP pada tahun 2011 dan 2012, demikian dilaporkan Malay Mail.
RM2 miliar pertama ketika menjadi anak perusahaan 1MDB sementara RM2 miliar kedua setelah kepemilikan perusahaan dialihkan ke Kementerian Keuangan yang saat itu juga dijabat rangkap oleh Najib.
Ahmad Husni mengatakan dia pada awalnya diinformasikan oleh petugas dari Departemen Keuangan atas pembekuan dana di Swiss.
“Kami ingin mengembalikan uang itu. Saat itu pihak berwenang Swiss mungkin belum tahu uang itu dari KWAP," katanya.
Ketua dewan SRC International dan saksi penuntutan ke-39 Tan Sri Ismee Ismail sebelumnya mengkonfirmasi ke pengadilan bahwa pinjaman dari KWAP ke SRC International disimpan di BSI (berganti nama EFG International) di bank Swiss yang berkantor pusat di Lugano, Swiss.
Ahmad Husni mengatakan bahwa dia diberitahu oleh petugas dari Kemenkeu Inc bahwa sisa pinjaman KWAP digunakan untuk investasi sumber daya alam di Jawa, Indonesia dan Mongolia.