Puluhan Kendaraan Militer China Bergerak ke Perbatasan Hong Kong

Konvoi truk bersenjata ini ditempatkan di sebuah pusat olahraga di Shenzhen yang memunculkan spekulasi bahwa Beijing akan masuk ke Hong Kong

South China Morning Post
Konvoi kendaraan militer China di Shenzhen, kota yang berbatasan dengan Hong Kong, Senin (12/8/2019). 

Spesialis militer yang bermarkas di Beijing, Zhou Chenming mengatakan polisi bersenjata mengambil bagian dalam latihan rutin dan orang-orang seharusnya tidak merasa gugup.

"Pemerintah pusat telah berulang kali menyatakan bahwa mereka akan turun jika ada kerusuhan skala besar dan pemerintah Hong Kong telah mengajukan permohonan dukungan," kata Zhou.

Pekan lalu, 12.000 anggota polisi China melakukan latihan antihuru-hara di Shenzhen.

Dixon Sing Ming, seorang profesor ilmu politik di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong mengatakan, langkah itu adalah "taktik perang psikologis".

Isu Demonstrasi Sudah Bergeser 

Hong Kong telah dilanda protes sejak awal Juni. Isu awalnya adalah menentang RUU ekstradisi yang memungkinkan Hong Kong untuk mendeportasi tersangka pidana ke negara lain, termasuk Cina daratan.

Namun, setelah RUU ekstradisi ditangguhkan oleh pemerintah eksekutif Hong Kong seminggu setelah aksi demo, ternyata tidak mendinginkan suasana.

Polisi kembali bertindak keras dengan menembakkan gas air mata pada para demonstran Hong Kong, Sabtu (10/8/2019)
Polisi kembali bertindak keras dengan menembakkan gas air mata pada para demonstran Hong Kong, Sabtu (10/8/2019) (South China Morning Post)

Isu demo Hong Kong bergeser ke isu politis bahkan mengarah kepada gerakan anti-China dan kebebasan Hong Kong.

Hal itu dibuktikan dengan serangan demonstran terhadap kantor perwakilan China di Hong Kong serta penurunan bendera China lalu membuangnya ke laut.

Selain itu, pera demonstran juga terlihat sering membawa bendera Amerika Serikat dalam setiap demo.

Tindakan ini menimbulkan kemarahan besar rakyat China sehingga mereka mendesak Beijing untuk mengerahkan pasukan karena tindakan itu dinilai sudah kelewatan.

China masih berusaha menahan diri untuk tidak ikut campur, sesuai dengan perjanjian dengan Inggris saat Hong Kong diserahkan tahun 1997 lalu.

Aksi demo Hong Kong sudah berubah menjadi medan pertempuran antara kelompok demonstran garis keras dengan kepolisian dalam dua minggu terakhir.

Polisi bersenjatakan gas air mata, sementara pendemo membalas dengan lemparan batu, katapel, hingga bom molotov.

Tidak surutnya aksi demo di Hong Kong membuat pemerintah China gusar dan memperingatkan bahwa aksi kekerasan pengunjuk rasa sudah menunjukkan "tanda-tanda terorisme".

Beijing menegaskan kembali dukungannya bagi pasukan kota untuk mengambil tindakan tegas menindak "perusuh" dan menyeret para aktor di balik demo ke meja pengadilan.

 Harga Gas Naik, Tarif Listrik Juga Ikut Naik, Begini Penjelasan Bright PLN Batam

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved