BATAM TERKINI
Pulau Buntal Batam Tergerus Tambang Pasir, Anggota DPRD: Apapun Alasannya, Itu Ilegal!
Anggota DPRD Batam Ruslan Ali Wasyim angkat bicara terkait tambang pasir ilegal yang membuat Pulau Buntal tergerus dan nyaris tenggelam.
Pulau yang awalnya seluas 2 hektare kini hanya tersisa 50 meter persegi saja.
“Oh iya, dulu memang di sana (Pulau Buntal) ada beberapa aktivitas penyedotan pasir gitu,” ucap seorang guru, Taufik, kepada Tribun saat mengingat kisah ‘tenggelamnya’ Pulau Buntal, Kota Batam.
Ia juga menyayangkan jika aktifitas tambang pasir di sana tetap berjalan.
“Ya untung saja sekarang sudah tidak ada aktivitas lagi, kalau tidak habis sudah pulau itu,” sambungnya.
Cerita berbeda juga disampaikan mantan Ketua RT 003/RW 014 Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Harno.
Saat dihubungi, Senin (19/8/2019), Harno sempat terdiam sejenak.
Sambil berusaha mengingat detail ceritanya, ia pun tak membantah aktivitas tambang pasir di pulau itu.
• Pulau Buntal Batam Nyaris Tenggelam Akibat Penambangan Pasir, DPRD Batam Akan Cek Langsung
• Tambang Pasir Ilegal Pulau Buntal Batam, Siapa Dibalik Tambang yang Bikin Pulau Nyaris Tenggelam
• Soal Tambang Pasir Ilegal di Pulau Buntal Batam, Walikota: Rudi Tak Pernah Tandatangan
“Itu sudah lama, kira-kira tahun 2009 atau 2010 kejadiannya. Saat itu memang ada tambang dan sedot pasir di sana,” katanya membuka cerita.
Menilik cerita darinya, diketahui aktivitas itu merupakan perbuatan ilegal.
“Ilegal itu kan? Soalnya yang kerja juga tidak melapor ke saya, padahal saya RT di sana, dan memang tidak ada pemberitahuan dari perangkat di atas (Kelurahan),” sambungnya sambil terus bercerita.
Darinya pula diketahui, masih ada beberapa sisa Pulau Buntal lainnya yang ‘lolos’ dari target pengerjaan proyek tambang pasir.
“Pulau itu bukan yang itu aja (sisanya), tapi ada rangkaian beberapa pulau. Yang kalian lihat itu sisanya, yang lain sudah habis,” ucapnya menerangkan kondisi Pulau Buntal saat ini.
Pulau Buntal tinggal cerita ‘kelam’ belaka.
Harno mengatakan, di pulau ini dulu terlihat beberapa selang penyedot pasir yang ditanam.
“Kalau beko (mesin alat erat) itu di pinggiran sungai diletakkannya. Kalau di sekitar pulau, dipasang alat penyedot ke dalam sungai (Sungai Nyang),” ungkapnya.